Teori berikutnya yang membahas mengenai pembentukan Gas Hidrat adalah mengenai kemungkinan efek kebocoran gas dari batuan induk hidrokarbon (source rock) di suatu area bawah permukaan tanah tertentu, yang memiliki akumulasi hidrokarbon akibat kehadiran suatu fracture (rekahan) dan serta adanya mekanisme migrasi dari hidrokarbon tersebut. Namun secara umum, hingga saat ini, belum ada teori yang dapat membuktikan secara utuh mengenai pembentukan Gas Hidrat tersebut. Akan tetapi, hal yang pasti mengenai pembentukan gas ini sendiri adalah bahwa material organik hadir dalam pembentukan hidrokarbon, bersamaan dengan turut andilnya proses sedimentasi batuan pada konidisi kimia dan fisis tertentu.
Kehadiran Gas Hidrat yang, seperti sebelumnya dibahas, terbentuk hanya pada suatu sedimen dengan karakter tekanan, temperature, serta kondisi kimia dan fisis tertentu lainnya, jelas berbeda dengan pembentukan produksi gas alam konvensional yang selalu kita manfaatkan. Gas Hidrat sendiri, pada dasarnya, ditemukan di alam pada daerah artik (kutub utara) dan sedimen laut dalam dengan kombinasi tertentu dari variable-variablen pembentuknya. Menurut penelitian terhadap pembentukan Gas Hidrat, variable-variabel yang dapat berkontribusi didalamnya terdiri dari:
- Temperatur, pore-pressure, dan gas chemistry dari suatu formasi.
- Salinitas dair pori air.
- Kehadiran gas dan air.
- Jalur migrasi gas dan air.
- Kehadiran batuan reservoir dan seals
Hampir 99% dari kehadiran Gas Hidrat di dunia, terbentuk sebagai ekspresi terperangkapnya komponen hidrokarbon dalam kompaksi dan akumulasi sedimen. Secara rinci, Gas Hidrat dapat terakumulasi pada beberapa geological settings atau kondisi geologi dari sedimen seperti pada gambar berikut.
"Lalu, dimana kita dapat menemukan potensi Gas Hidrat tersebut di dunia?"
Berdasarkan penelitian Arora dkk pada paper-nya yang berjudul "Natural gas hydrate as an upcoming resource of energy", potensi Gas Hidrat di dunia dapat berada di kedua lingkungan lempeng yang ada di Bumi, yaitu di lempeng oseanik dan lempeng benua. Pada lingkungan oseanik, terdapat dua jenis endapan Gas Hidrat. Pertama, tipe paling dominan (>99%) dijumpai di alam adalah tipe endapan yang mengandung methane (CH4) serta terkandung dalam struktur clathrate. Tipe endapan ini memiliki methane yang secara isotop bersifat ringan akibat reduksi microbial dari CO2.
Lebih dari itu, fakta menyebutkan bahwa kestabilan pembentukan Gas Hidrat dengan tipe dominan Methane pada laut yang tawar memiliki tingkat kestabilan relatif tinggi daripada laut asin (Arora dkk, 2015). Gas Hidrat tipe pertama ini berlokasi pada area kurva yang disebut sebagai mid-depth zone, dengan ketebalan sekitar 300 -- 500 meter, dan umum disebut sebagai GSHZ (Gas Hydrate Stability Zone).
Pada rentang ini, sedimen hadir bersamaan dengan Gas Hidrat yang terbentuk dan terkonsentrasi didalamnya. Namun, rentang kedalaman zona stabil Gas Hidrat ini secara fakta berbeda-beda untuk setiap tempat. Hal ini didasarkan oleh variasi sifat fisis berupa nilai tekanan dan temperaturenya dari lokasi tersebut. Akan tetapi, rentang ini adalah rentang nilai umum dalam merujuk zona stabil gas tersebut.
Untuk tipe Gas Hidrat kedua yang berada di lingkungan oseanik, umum ditemukan tidak pada endapan sedimen permukaan. Gas Hidrat ini hadir dalam rantai hidrokarbon yang relatif panjang dan terkandung dalam suatu struktur clathrate. Tipe ini memiliki sifat isotop berat yang diindikasikan merupakan hasil dari migrasi ke arah atas endapan sedimen zona dalam. Tipe ini juga dibentuk oleh dekompoisisi termal dari material organik.