Mohon tunggu...
Rya Refi Aushaf
Rya Refi Aushaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Seorang mahasiswa ekonomi yang memiliki ketertarikan di bidang keuangan dan perbankan, dan hobi melukis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kisah IHSG: Perjalanan Menegangkan di Pasar Saham Indonesia Enam Tahun Terakhir

25 November 2023   13:47 Diperbarui: 25 November 2023   13:48 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rata-rata fluktuasi tahunan (2018-2023) IHSG berada pada level 249,523. Artinya, investor harus bersiap menanggung kerugian sebesar itu selama beberapa bulan berturut-turut. Tahun dengan volatilitas tertinggi adalah tahun 2020 yaitu mencapai 537.882, dimana pada saat tersebut Indonesia dan dunia sedang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.Volatilitas ini  terus mengalami penurunan di akhir 2020 hingga 2023. Menurunnya volatilitas IHSG karena kondisi perekonomian yang sudah mulai membaik, dimana perekonomian Indonesia tumbuh positif 3,69% pada tahun 2021 atau lebih baik daripada saat pandemi Covid-19 (2020) yang mengalami penurunan sebesar 2,07%.

Pergerakan IHSG dapat memiliki dampak pada harga opsi put dan call. Pada dasarnya, harga opsi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti harga saham yang mendasarinya, volatilitas pasar, waktu jatuh tempo, suku bunga, dan lainnya. Ketika IHSG mengalami fluktuasi yang signifikan, hal ini dapat berdampak pada harga opsi put dan call. Volatilitas IHSG memiliki kaitan dengan opsi put dan call karena tingkat volatilitas pasar dapat mempengaruhi harga dan nilai opsi tersebut. Ketika volatilitas meningkat, harga opsi biasanya naik karena ada ekspektasi pergerakan harga yang lebih besar. Hal ini dapat menarik minat investor dan trader yang mencari keuntungan dari fluktuasi harga saham. Pada tahun 2020, dimana ketika IHSG mengalami penurunan yang tajam dengan tingkat volatilitas yang tinggi, maka harga opsi put yang memberikan hak menjual saham pada harga tertentu bisa menjadi lebih mahal. Hal ini karena kecenderungan investor untuk melakukan lindung nilai atau spekulasi terhadap penurunan lebih lanjut dalam harga saham.

Di sisi lain, harga opsi call yang memberikan hak untuk membeli saham pada harga tertentu bisa menjadi lebih murah, karena kecenderungan investor untuk kurang optimis dalam prospek kenaikan harga saham. Sedangkan ketika volatilitas rendah dapat menurunkan nilai opsi karena potensi keuntungan yang lebih terbatas. Seperti pada tahun 2018-2019, dan 2021-2023 investor cenderung menggunakan opsi call memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham pada harga tertentu (harga strike) dalam jangka waktu tertentu karena keuntungan yang didapat lebih sedikit. Volatilitas IHSG dan opsi put dan call, penting bagi investor dan trader untuk mengikuti perkembangan pasar, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas, dan menggunakan strategi yang sesuai dengan tujuan investasi dan toleransi risiko masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun