Mohon tunggu...
Ryan W Januardi
Ryan W Januardi Mohon Tunggu... Administrasi - Statistisi

ASN | Statistisi | Peneliti Statistik Sosial dan Kependudukan | Pembelajar dan Petualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pekerja Anak Pulau Kapota, Antara Pendidikan dan Masa Depan Keluarga

2 Mei 2019   20:57 Diperbarui: 5 Mei 2019   07:54 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Anak-Anak di Wakatobi, Sumber: Dok. Pribadi

Bagaimanapun juga, keberadaan pekerja anak akan memengaruhi wajah pendidikan kita. Bahkan, maraknya pekerja anak menjadi cermin betapa pendidikan harus selalu berbenah. Semua pihak harus saling bersinergi. Keluarga merupakan elemen pertama dan utama yang seharusnya bisa mencegah penelantaran pendidikan anak. Keluarga harus memiliki daya juang tinggi untuk menjamin kesejahteraan anak sekaligus memberikan motivasi belajar dengan cara yang menyenangkan. 

Meski tantangan yang dialami tidaklah mudah, kita bersyukur bahwa pemerintah memiliki komitmen tinggi untuk membebaskan anak dari pekerjaan yang belum layak ditangani. Kementerian Sosial melalui Program Keluarga Harapan (PKH) berkomitmen mengurangi kesenjangan dan memutus mata rantai kemiskinan. 

PKH merupakan salah satu program perlindungan sosial melalui pemberian uang kepada keluarga penerima manfaat (KPM) yang memiliki komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Harapan saya semoga komitmen ini bisa merata hingga ke pelosok, adil bagi mereka yang membutuhkan, serta pengawasan dan evaluasi program secara menyeluruh.

Pendidikan ialah modal yang tak akan pernah surut nilainya. Maka, jangan sampai kita menikmati hasil kerja anak yang hanya sedikit dan dinikmati sebentar dengan mengorbankan masa depan mereka. Anak-anak harus bisa menikmati hak-hak mereka. Mereka harus mengenyam pendidikan yang layak.

Pesan saya pada kelima anak itu, "Belajar yang rajin, tetap fokus sekolah, raih masa depan cerah!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun