Mohon tunggu...
Ryan Eka Putra
Ryan Eka Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Saya suka sepakbola, filsafat, dan humor

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Perbedaan Dampak Pola Asuh Anak Keluarga Lengkap Dengan Keluarga Dalam Konteks Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

13 September 2024   05:15 Diperbarui: 13 September 2024   05:14 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan dampak pola asuh anak dari keluarga lengkap dan keluarga broken home dapat mempengaruhi berbagai aspek, seperti emosional, sosial, kognitif, dan perilaku anak. Dampak yang pertama adalah stabilitas emosional anak. Dalam keluarga utuh, anak biasanya mempunyai dua orang tua yang bekerja sama untuk memberikan dukungan dan perhatian kepada anak. Ketika kedua orang tua terlibat, anak akan lebih stabil secara emosional dan mampu menghadapi tantangan dengan lebih percaya diri. Sedangkan pada keluarga broken home, sering kali menghadapi kecemasan emosional.Perpisahan dan konflik antar orang tua dapat menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan kebingungan. Anak-anak mungkin merasa kehilangan dukungan emosional yang berkelanjutan, yang dapat berdampak negatif pada perkembangan emosi mereka.
Aspek yang kedua berpengaruh pada prestasi akademik. Anak yang tumbuh dalam keluarga utuh cenderung lebih banyak mendapat dukungan pendidikan baik berupa bimbingan langsung maupun motivasi dari orang tuanya. Hal ini dapat berdampak positif pada prestasi akademik anak. Sedangkan Anak-anak yang berasal dari keluarga yang berantakan cenderung memiliki konsentrasi yang lebih buruk dan prestasi akademis yang lebih rendah. Gejolak emosi yang dialami anak dapat mengalihkan fokusnya dari pendidikan dan mengakibatkan prestasi akademiknya tidak optimal.
Yang ketiga perbedaan dampak terlihat pada kesehatan psikologis. Kesejahteraan psikologis anak dalam keluarga lengkap mungkin lebih stabil karena anak merasakan kehadiran, dukungan, dan kasih sayang kedua orang tuanya. Anak-anak juga belajar memecahkan masalah interpersonal dengan lebih mudah melalui keterlibatan aktif orang tuanya. Anak-anak dari keluarga yang berantakan sering kali merasa diabaikan atau bahkan bersalah karena konflik orang tuanya. Emosi ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, atau masalah perilaku lainnya.
Dan yang keempat berdampak pada pengembangan identitas diri. Dalam keluarga utuh, anak lebih mudah menemukan jati dirinya karena memiliki orang tua yang menjadi teladan. Keseimbangkan peran ayah dan ibu membantu anak lebih memahami peran gender dan identitas diri. Anak-anak dari keluarga yang berantakan seringkali mengalami kesulitan dalam membangun identitas mereka sendiri. Konflik antara orang tua dan kurangnya kehadiran orang tua dapat mempengaruhi pemahaman anak tentang peran dan identitas gender.
Dari uraian di atas, keluarga lengkap cenderung memberikan lingkungan yang lebih stabil dan mendukung tumbuh kembang anak, baik secara emosional, sosial, dan akademis. Perpecahan keluarga berdampak besar pada kesejahteraan psikologis anak-anak, terutama ketika dukungan dari salah satu atau kedua orang tua tidak memadai setelah perpisahan, sehingga menempatkan mereka pada peningkatan risiko mengembangkan masalah emosional, perilaku dan sosial. Namun, penting juga untuk diingat bahwa setiap situasi keluarga berbeda-beda. Anak dari keluarga pecah belah tetap dapat tumbuh sehat apabila mendapat dukungan emosional dan psikologis yang cukup dari orang tua, lingkungan, dan sumber dukungan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun