Mohon tunggu...
Ryan Permana
Ryan Permana Mohon Tunggu... -

"Menggapai angan, Merangkai mimpi bersama Sang Waktu"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sejarah Musisi, Karya, dan Uang

12 Desember 2011   05:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Berbeda dengan musik-industri, mereka tercipta atas keterbatasan media dan durasi. Sejak musik menggunakan plat 16 inch dengan durasi 15 menit maka saat itu musik mulai dibatasi durasi media (vinyl). Kita mungkin masih ingat jaman kaset. Kaset merupakan industri mapan sejak pergantian media vinyl ke cassette. Budaya bermusik berubah, dari mulai stasiun radio hingga kelahiranwalkman.

Kaset, lahir dengan beberapa versi durasi, C-15 (untuk durasi 15 menit) hingga C-90 (untuk durasi 90 menit). Sayangnya dalam pemutar (player) kaset ini membutuhkan dua sisi untuk bisa digunakan, munculah istilah SIDE A dan SIDE B. Pemunculan ini ternyata berdampak pada musisi dan pembuat lagu. Perusahaan rekaman (label) meminta lagu andalan untuk dipasang di side A, sementara lagu sisanya cukup di side B. Pengarang lagu pun mulai khawatir jika musiknya berdurasi lama, perlahan-lahan durasi lagu yang dulunya tidak terbatas oleh durasi mulai (mau tak mau) tunduk kepada aturan durasi dan side kaset tadi. Lagu Supper’s Ready-nya Genesis mungkin menjadi lagu terakhir yang terpanjang untuk sebuah lagu dalam kaset. Bagaimana tidak, dengan lagu sepanjang itu satu Side hanya bisa diisi dengan 2 lagu. Artinya, satu kaset durasi 60 menit cuma bisa menampung 4 lagu? Sorry.. secara penjualan akan susah laku. Karena pembeli kaset akan senang bila dalam satu kaset terdapat banyak lagu, kalau perlu bonus track.

Sales, Marketing dan Musik Televisi

Durasi lagu untuk kaset rata-rata berkisar antara 4 - 5 menit, jadi untuk kaset 90 menit maka akan ada sekitar 9 - 10 lagu di tiap side kasetnya. Pada masa ini, bisnis musik benar-benar sudah layak disebut sebagai industri. Bagaimana tidak, penjualan musik mulai memasuki babak mendunia. Band dan musisi bertumbuhan dan hidup layak dari bermusik. Royalti dan nilai penjualan nampaknya sudah menjadi jaring uang yang hebat di bisnis ini. Pengarang lagu pun mulai mempertimbangkan pasar pendengarnya dalam mengarang lagu. Lagu dibuat sebagai komoditi ekonomis. Tidak heran jika akhirnya ada band yang dibentuk sebagai “tanaman”, ditanam, dirawat, diambil buahnya, lalu dimatikan. Materi jualan musik pun makin hebat.

Media musik kian berkembang, masalah lagu andalan di SIDE A dan lagu tambahan di SIDE B akhirnya lenyap.. sejak ditemukannya teknologi CD. Kehadiran CD bisa melepaskan batasan lagu-lagu andalan dan tambahan tadi. Musik sudah benar-benar menjadi industri besar yang menggiurkan. Bisnis musik makin meledak ketika pada tanggal 1 Agustus 1981, lahir sebuah TV yang khusus memutarkan musik saja, yaitu MTV (Music Television) dengan videoklip pertama yang ditayangkan adalah “Video Kill The Radio Stars”. Rasanya video tadi pas dan tepat jika dilihat bahwa kemunculan MTV bisa dibilang pengulangan sejarah saat munculnya musik komersil di radio.

Kemunculan MTV jelas saja disambut baik oleh pebisnis musik di seantero dunia. Karena kehadirannya sebagai kendaraan berjaualan musik mereka. Tidak sedikit band atau musisi yang besar berkat media MTV ini. Yang menjadi uniknya adalah, bahwa bisnis TV adalah bisnis jualan slot iklan dalam durasi tayang. Makin lama durasi yang ditayangkan maka makin mahal pula uang yang harus dibayar. Berbeda dengan MTV, mereka tidak memungut bayaran dari video musik yang ditayangkan. Namun dengan “gaya” gratisan tadi si musisi pemilik video tidak bisa mengatur dan memantau tayangan klipnya. Untuk dapat memantau maka pihak label harus membayar (layaknya pemasangan iklan saja). Yang lebih ironisnya bahwa videoklip yang sering diputar di MTV durasinya antara 3 - 4 menit. Jika ada sebuah video musik dengan durasi 5 - 6 menit, maka siap-siap saja untuk jarang ditayangkan. Begitupun untuk radio. Tidak heran kalau sebuah lagu ada istilah : radio cut atauradio version.

Nah.. sekarang kembali kepada musisi. Untuk apa mereka membuat lagu? ekspresi berseni? atau kebutuhan komoditi ekonomi? Keduanya akan pasti ada. Sebuah produk budaya (film, sastra, musik, komik, grafis dst.) akan selalu muncul menjadi dua sisi yang berbeda :

1. Sisi komersil (barang dagangan)
2. Sisi apresiasi (barang seni)

Di sisi manakah sekarang anda bermusik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun