Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluh Seorang Penjahit Sepuh

14 September 2019   08:35 Diperbarui: 14 September 2019   08:42 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, pemilik tempat jahit sebenarnya telah putuskan untuk menutup usaha yang telah ia mulai per medio 1970-an itu. Saat ini, pemilik berdomisili di luar Jawa dan ingin berfokus pada usaha yang sedang ditekuni di sana.

Saat rencana penutupan terdengar, para penjahit beramai-ramai melobi PR untuk menyelamatkan nasib mereka. Saat PR turun tangan, pemilik bersedia membatalkan penutupan. Tapi pembatalan tidak gratis.

Pemilik bersedia meneruskan usaha jahit hanya jika PR mau menjadi pengelola. Sementara, PR telah memiliki usaha jahit yang mapan. Sebuah syarat yang sangat berat untuk PR. 

Di satu sisi ia ingin menolong teman-teman, karena ini terkait hajat hidup yang tentu bukan urusan receh. Sisi lain hatinya memikirkan nasib usaha yang ia rintis sejak awal dekade 90-an.

Mundur ke 1991. Saat itu PR telah satu dasawarsa mengabdi di tempat yang kelak menjadi jujugan saya. Suatu hari ia undur diri untuk berwirausaha. Dengan bekal pesangon yang menurutnya besar untuk ukuran saat itu, ia membuka usaha. Hingga di akhir 2018 ia turuti nurani kembali ke tempat dimana ia mengawali karier, untuk selamatkan kelangsungan usaha sekaligus hidup teman-temannya.

***

Saat ini, usaha masih berlangsung dan pelanggan setia senantiasa mempercayakan kain-kain terbaiknya. Meski tampak baik-baik saja, sejatinya mereka sedang memeram persoalan.

Usaha jahit masih ingin terus bernafas. Perihal pesanan pun tidak menjadi soal. Potensi masalah yang menjadi ancaman hanya penjahit, semua penjahit yang telah berusia kepala enam. Secara matematis, mereka tak akan lama lagi tergerus waktu. Agar bisnis berjalan dan terus imbangi volume jahitan, diinisiasilah perekrutan penjahit baru yang hanya bersyarat pengalaman.

Sabtu kemarin, saya berkunjung ke sana untuk kembali menjahitkan batik. Semua masih sama. PR masih siap sedia menerima tamu dengan senyum tersungging di bawah kumisnya. Ia pun tetap mengenakan polo shirt yang dimasukkan ke blue jeans. Sticker merah berbunyi: "Dicari Penjahit Berpengalaman" juga masih terpampang di muka.

Bermodal sticker dan ingatan tentang jawaban PR dua bulan lalu, saya bertanya apakah telah ada penjahit baru yang diterima. Dengan wajah pasrah, PR menjawab belum. Sebenarnya beberapa hari sebelum saya datang muncul pelamar dan bisa langsung bekerja. 

Hanya saja, si pelamar justru memohon jika diterima ia minta diberi kelonggaran waktu bekerja sesuai keinginan. Kontan saja permintaan itu ditolak PR. Sekadar info, si pelamar berusia 63 tahun. Jelas, ia masuk grup bocah tua nakal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun