Deezer, dalam surveinya, sebenarnya ingin menyatakan bahwa orang-orang berhenti mencari musik baru bukan disebabkan sudah tak lagi menggemari musik, tapi karena sudah kehabisan waktu. Habisnya waktu ini muara dari beragam alasan. Mulai dari kesibukan kerja, merawat anak, sampai kewalahan mengikuti banyaknya pilihan musik sekarang ini.
Artikel juga menuliskan, hasil riset menunjukkan lagu-lagu favorit di masa remaja mampu merangsang respons kesenangan di otak. Dari sana, otak melepaskan dopamine, serotonin, oksitosin, dan unsur kimia lain yang dapat membuat kita bahagia. Maka, lagu-lagu yang kita sukai akan lebih lama melekat dalam diri kita.
Itulah jawaban mengapa orang tua kita berhenti di lagu-lagu jaman mudanya. Lagu-lagu Koes Plus, Panbers, D'Lloyd, dan Rinto Harahap selalu dibawakan di forum-forum reuni.Â
Lagu-lagu Obbie Messakh yang melankolis masih sering dibawakan pakdhe dan budhe dalam karaoke dengan penuh penghayatan sambil terbayang mantan-mantan. Lagu Ratih Purwasih dan Endang S. Taurina pun selalu mendapat tempat dalam bus pariwisata yang membawa bapak ibu kita ke tempat dimana mereka pernah merenda janji..
Yang~ hujan~ tuuurun~ lhaagiii~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H