Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepeda Motor dan Kebanggaan yang Keliru

17 Oktober 2018   08:45 Diperbarui: 17 Oktober 2018   09:05 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jadi, alur sepeda motor sampai dapat diakses oleh anak di bawah umur, sebenarnya tidak sesederhana yang kita duga. Terdapat kompleksitas yang melingkupinya. Di sana ada relasi kondisi yang dihadapi sampai konsep kebanggaan yang keliru.

Khusus masalah kebanggaan, saya rasa berangkat dari kurangnya pemahaman atau ketidakacuhan orang tua bahwa terdapat batasan usia yang harus dipenuhi sebelum anak diperbolehkan berkendara. Batasan usia tentu terkait dengan aspek fisik dan emosional. Jika tidak dipenuhi, maka tentu ada risiko yang mungkin muncul. Pada poin inilah, orang tua tidak tahu atau tidak mau tahu.

Padahal, jika risiko yang mungkin muncul benar-benar terjadi, maka akan banyak efek yang harus ditanggung. Mulai luka tubuh yang dapat menyebabkan kecacatan hingga hilangnya nyawa. Belum lagi jika kecelakaan melibatkan pengguna jalan lain, yang pasti akan membuat berurusan dengan hukum.

***

Kecelakaan yang terjadi karena sepeda motor dikendarai anak di bawah umur bukanlah fiksi atau sekadar data. Belum lama, anak tetangga usia kelas 5 SD, sebut saja Ajik, diboncengkan temannya dan keduanya terjatuh. Tubuh mereka luka-luka di beberapa titik.

Karena sehari-hari Ajik ditinggal kedua orang tuanya bekerja, maka sang kakeklah yang mengasuh dan mengawasi. Tahu cucu satu-satunya terjatuh dan babak bundhas, si kakek terkejut setengah mati. Perlahan ia mendekati Ajik, saya pun membatin: "habis ini Ajik disemprot mbahe.." Ternyata yang terucap dari mulut kakek adalah: "Sudah ngga papa, besok kakek ajari naik motor ya"   -__-"

Dan Ajik sekarang tiap sore memboncengkan ibunya dengan jarak belasan kilometer saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun