Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Kehidupan dengan Mengenang Chester Bennington

24 Juli 2017   14:30 Diperbarui: 28 Juli 2017   11:53 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sampai di tengah malam Kamis kemarin, saya membaca selarik tweet dari media asing yang mengabarkan Chester tewas bunuh diri dengan nggantung di rumahnya. Sebuah kabar yang sangat mengejutkan di tengah kiprah LP yang akhir-akhir ini sedang moncer-moncernya. Apalagi, belum lama Cornell memilih cara yang sama untuk mengakhiri hidup.

Belakangan diketahui, Cornell dan Chester memiliki hubungan sangat dekat. Bahkan karena demikian dekatnya, Cornell memilih Chester menjadi ayah baptis salah satu anaknya. Usai kematian Cornell, Chester menuliskan ungkapan hatinya yang sungguh kehilangan seorang sahabat sekaligus sosok yang ia kagumi. Ia pun menyanyikan lagu perpisahan di pemakaman Cornell.

Hipotesis-hipotesis pun muncul bahwa kematian Chester berhubungan erat dengan kematian Cornell. Disebutkan dalam sebuah laporan, tekanan hidup yang dirasakan Chester usai Cornell meninggal semakin mendalam. Ia tak kuasa menghadapi lalu memilih untuk menyerah.

***

Apabila kita melihat kehidupan Cornell, Chester, dan musisi-musisi lain yang memilih bunuh diri, maka kita tak habis pikir. Mereka terkenal, dikagumi banyak orang, kaya raya, pokoknya semua apa yang diimpikan orang telah mereka miliki. Nyatanya, mereka memilih akhiri hidup dan meninggalkan semuanya. Tentu, semua ada alasannya.

Kurt Cobain bunuh diri diduga karena telah mengalami kehampaan dalam hidup di tengah popularitasnya yang mendunia, hingga bertekuk lutut pada obat-obatan penenang yang adiktif. Ada pula yang mengabarkan ia lelah dengan penyakit bronkhitis dan laryngitis sebelum putuskan menembak kepalanya sendiri.

Cornell ternyata kecanduan obat terlarang dan sulit lepas darinya. Chester sejak kecil sudah erat dengan cobaan hidup yang berat. Ia mengaku pernah dilecehkan oleh seseorang yang lebih tua darinya, belum lagi ia tumbuh dari orang tua yang memilih berpisah. Chester juga sering dirundung karena fisiknya yang kurus ceking menyedihkan. Ketika dewasa, pernikahan Chester pun berantakan. Karena itu semua, Chester memilih alkohol dan obat terlarang untuk menjadi pelarian dari berbagai masalah hingga menjadi ketergantungan. Kematian Cornell rasanya menjadi klimaks dari seluruh kepahitan hidupnya.

Cara yang dipilih Cornell, Chester, dan kawan-kawannya untuk mati memang salah, namun kita tak pernah tahu seberapa berat tekanan hidup yang mereka alami. Kasus bunuh diri para musisi dan pesohor setidaknya menjadi bukti bahwa hidup mereka mempunyai permasalahan juga, seperti kita-kita ini.

Jika kita mau sedikit berpikir jernih, para musisi dunia dan para pesohor itu sejatinya memiliki kehidupan yang berat sekaligus sunyi. Berat karena para penggemar selalu menuntut untuk tampil prima dan menampilkan karya sesuai harapan. Padahal musisi juga manusia yang memiliki rasa jenuh dan sering pula mengalami stuck saat berkarya. Belum pula adanya rasa ingin membahagiakan seluruh penggemar, padahal kehancuran lebih dekat ketika kita ingin membahagiakan semua orang.

Hidup musisi dunia dan pesohor sebenarnya sunyi. Karena penggemar hanya ada ketika mereka sedang di atas dan terkenal, lalu melupakan kemudian berpindah menggemari orang lain. Kecintaan yang mereka dapatkan semu, kasih sayang yang mereka rasakan sangat mudah luntur ketika masa jaya telah hilang.

Selain itu, musisi atau seniman tentu memiliki standar yang mereka tentukan sendiri terkait karya yang mereka lahirkan. Karena memiliki standar sendiri, secara otomatis mereka sosok-sosok yang perfeksionis. Sifat selalu ingin sempurna memang melelahkan, dan pada tataran tertentu akan menyebabkan pemiliknya tertekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun