Pak Tukang, Pak Penjual Kerupuk, dan Mas Berjoget menjadi aktor yang lebih piawai dalam menafsirkan dan menampilkan apa itu kebahagiaan, tanpa peduli pada teori kebahagiaan yang ramai-ramai dianut dewasa ini. Banyak orang rasanya harus berguru kepada mereka dalam hal pengaplikasian paham kebahagiaan. Karena kaum serba berkecukupan harta, tidak jarang bermuka masam, dahi berkerut, dan kantung mata bergelambir. Lukisan nyata tuntutan deadline, target bulanan, dan gunjingan tetangga.
Kaum berada dan segala tercukupi acapkali melewatkan hal-hal sederhana untuk disyukuri dan dimaknai. Perhatian mereka terpusat pada bagaimana cara untuk terus menumpuk apa-apa yang apabila dituruti tak akan ada habisnya. Hingga kemudian terlupa bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada suatu hal yang mereka sangkai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H