Saat itu aku melihat darah mengucur dari hidung Eva. Â Kondisinya jauh lebih parah dari dugaanku.
"EVA!"
Tanpa pikir panjang aku menghentikan mesin. Â Terdengar desisan berirama, kadang panjang kadang pendek, mesin pun mulai bergetar menyesuaikan kecepatannya untuk keluar dari lubang cacing. Â Proses ini akan diakhiri suara letupan menandakan mesin keluar dari lubang cacing diikuti debuman ringan.
Aku melirik angka yang ditunjukkan; 2191 Masehi.
"Eva!" seruku. Â "EVA!"
Tahun itu menjadi akhir perjalanan kami berdua.
* * *
Empat puluh delapan tahun berlalu semenjak peristiwa tersebut. Â Aku kini berusia 72 tahun, tubuhku semakin lemah dan rapuh, apalagi semenjak Eva meninggalkanku dua tahun lalu.
"Maafkan aku, Kev," bisiknya saat tarikan napas terakhir. Â "Maafkan aku."
Aku memandang langit.
Warna langit di sini sudah tidak jauh berbeda dengan langit di tempat asal kita, Eva, kau tahu itu.
Kaupun tahu, aku tak pernah menyesal menghabiskan waktu bersamamu selama ini, kau tak perlu minta maaf.
Sekarang, sebelum waktuku berakhir, ada satu hal yang ingin kulakukan.
Aku mengeluarkan finder yang selama ini kusimpan baik-baik. Â Salah satu kemampuan mesin waktu adalah adanya moda stealth yang membuat mesin 'menyamar' dengan lingkungan sekitar, persis seperti bunglon. Â Selama dalam penyamaran, mesin tidak aktif dan hanya finder yang bisa mengaktifkannya.
Seharusnya ada di sini, pikirku.
Dengan menekan kombinasi tombol pada finder, di hadapanku kini nampak mesin tua yang usianya kini makin tua.
"Halo, sobat," sapaku lirih. Â "Kita berjumpa lagi setelah sekian lama. Â Kali ini kita akan berjalan-jalan untuk terakhir kalinya."
* * *
Tahun 1927 di sebuah gurun pasir ditemukan satu kapsul misterius terbuat dari logam yang teknologi pembuatannya belum dikenal pada masa tersebut. Â Kapsul misterius itu baru bisa dibuka tiga tahun kemudian dan di dalamnya ditemukan jasad yang tak diragukan lagi adalah jasad manusia.