Sejak lama saya penasaran dengan Google Cardboard, sebuah perangkat virtual reality (VR) yang konon bisa menghadirkan suasana dan pengalaman 3 dimensi bagi pemakainya.  Selain Google Cardboard, tercatat beberapa produk serupa seperti Oculus Rift dan – yang sedang gencar berpromosi - Samsung Gear VR.
Jika saya tidak salah, perangkat realita virtual semacam ini disebut sebagai VR Headset.
Selain ketiga merk tersebut, kita masih bisa mendapatkan VR Headset merk lain dengan rentang harga mulai 50 ribuan hingga jutaan rupiah. Â Saya sendiri pada akhirnya memilih VR Headset RIEM II buatan Ritech dengan harga sekitar Rp 150.000 waktu itu (belum termasuk ongkir dari Jakarta). Â VR Headset yang saya beli itu terbuat dari plastik sehingga saya tak perlu merakit seperti Google Cardboard yang terbuat dari kardus dan dijual dengan harga sekitar 50 ribuan, lagipula RIEM II sudah dilengkapi headstrap sehingga perangkat bisa nyaman terikat di kepala kita.
Bagaimana cara menggunakan cincin magnet ini?
Mudah.
Di layar VR seharusnya muncul pointer, arahkan pointer tersebut kemudian gerakkan cincin mengikuti alurnya dan lepaskan. Â Kalau di komputer, istilahnya mungkin drag and drop hehehe...
Oke, kembali ke topik.
RITECH RIEM II, Setting Up
Hal yang pertama kali dilakukan sebelum menggunakan VR Headset adalah kita melakukan set-up.
- Instal aplikasi Cardboard di Google Play. Â Sekadar info, aplikasi ini nampaknya juga bisa menjadi tolok ukur apakah smartphone yang kita miliki bisa dipasangi VR Headset karena ketika saya coba menginstal Cardboard di Smartfren Andromax U2 dan Sony Ericsson Xperia Ray muncul pemberitahuan yang menyatakan bahwa aplikasi tersebut tidak kompatibel dengan perangkat.
- Aplikasi akan mengidentifikasi VR Headset yang kita gunakan dengan cara melakukan pemindaian (scan) terhadap QR Code yang disertakan dalam kemasan penjualannya. Â Bagi beberapa VR Headset yang tidak disertakan QR Codenya, mungkin bisa mengunjungi laman yang saya sertakan di akhir tulisan. Â Buka alamat tersebut, cari merk VR Headset yang dimiliki, kemudian tampilkan QR Code-nya di komputer atau perangkat lain agar bisa dipindai oleh smartphone.
- Proses set-up akan berlangsung beberapa detik, kita akan dibawa ke alam 3 dimensi oleh Google.
Di buku manualnya disebutkan bahwa RIEM II direkomendasikan bagi smartphone dengan bentang layar antara 4,5 hingga 6 inchi.  Layar yang berbeda tentunya memiliki titik fokus yang berbeda pula, nah di RIEM II kita bisa mengubah titik fokus karena pihak Ritech sudah menyiapkan tiga buah titik berwarna merah, kuning, dan hijau di bagian atas perangkat – tepatnya di sekitar lensa.  Sesuaikan titik fokus smartphone yang kita miliki agar nyaman di mata.
Done!
Apa yang Bisa Dilakukan dengan VR Headset?
Coba ketikkan ’360 video’ di Youtube (tanpa tanda petik) kemudian rasakan bedanya antara menonton menggunakan VR Headset dan tidak.
Sudah dapat bedanya?
Ya, dengan menonton menggunakan VR Headset, kita mendapatkan ruang pandang seperti dunia nyata. Â Jika itu video konser, jika terus menatap ke depan kita mungkin melihat aksi panggung, menggerakkan kepala ke belakang kita akan melihat penonton, menggerakkan kepala ke atas kita kita akan melihat langit, menggerakkan kepala ke bawah kita mungkin melihat kabel-kabel terulur di lantai panggung, menggerakkan kepala ke kiri dan kanan kita mungkin akan melihat lampu panggung.
Bahkan dengan kata kunci yang tepat, kita bisa menonton konten yang menjual keseksian dalam format VR tentu saja.
Pengalaman baru dalam menonton? Â Pasti.
Menarik? Â Mungkin.
Selain itu tersedia beberapa aplikasi di Google Play yang menggunakan VR seperti Roller Coaster, InMind, Sea World, Car, Deep Space Battle, Lamper, dll.  Kebanyakan aplikasi tersebut ‘menjual’ aspek visual yang diharapkan terasa nyata.  Ada juga beberapa game yang menggunakan teknologi virtual reality meski mungkin belum optimal karena saya rasa masih dibutuhkan perangkat lain agar permainan benar-benar terasa hidup, salah satunya adalah headphone – atau minimal earphone.  Dengan headphone, tentunya telinga kita akan tertutup dari suara-suara sekitar sehingga bisa lebih terbawa suasana dunia VR.
Selain itu ada perangkat yang dinamakan Bluetooth Controller, tapi jujur saya sendiri juga belum tahu pasti apa fungsinya.
Penutup
Akhirnya saya pribadi menilai ekspektasi saya sebelumnya tentang VR Headset terlalu tinggi – setidaknya untuk saat ini.  VR Headset memang menawarkan pengalaman baru dalam menonton video, tapi belum bisa membuat saya benar-benar terbawa ke dunia VR, bahkan saya merasa biasa saja saat menonton konten-konten horor yang disediakan.
Kemungkinan hal tersebut disebabkan selama menonton hanya kepala saya yang bergerak sementara anggota tubuh lain masih diam. Â Karena itulah saya berpendapat bahwa butuh perangkat lain agar VR Headset bisa bekerja optimal menyeret penontonnya ke dunia realita virtual.
Tapi entahlah, mungkin saja pendapat saya berubah setelah menonton versi 360 dari Conjuring 2.
Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat dan memuaskan rasa penasaran para pemburu VR Headset. Â Selamat mencoba dan ada pendapat lain?
Referensi & Tautan Luar :
- Aplikasi Cardboard, Google Play
- QR Code untuk beragam jenis VR, Hypergrid Business
- Kumpulan video 360, YouTube
- Jepang 360, YouTube
- Pertanyaan Umum Tentang Google Cardboard, Cardboard Indonesia
Tulisan ini dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H