Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Rp200,- untuk Setiap Kantong Plastik, Kenapa Dibebankan kepada Konsumen?

24 Februari 2016   13:45 Diperbarui: 24 Februari 2016   14:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sampah plastik merupakan masalah dunia (sumber: kismetgirls)"][/caption]Beberapa hari lalu saya share berita mengenai peluncuran penerapan kantong plastik berbayar yang diresmikan Presiden Joko Widodo saat Car Free Day di Bundaran Hotel Indonesia, 21 Februari 2016. Dengan program tersebut, mulai saat ini setiap kita berbelanja dan menggunakan kantong plastik yang diberi peritel, kita akan dikenakan pembayaran Rp 200,- per kantong plastik.

"Pak Jokowi yang melaunching uji coba kantong plastik berbayar dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2016," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mande seperti dikutip dari Liputan6.com.

Para pelaku usaha ritel, kata Roy, sangat mendukung langkah ini. Adapun tujuannya adalah untuk mengurangi limbah kantong plastik dan bukan untuk membebani masyarakat.

"Kenapa Rp 200? Biar terjangkau dulu lah. Masyarakat tidak terasa dengan harga ini dan bisa diterima semua kalangan lapisan masyarakat," pungkasnya.

Dan uji coba tersebut sudah langsung dilaksanakan. Hari Senin kemarin (22 Februari), istri saya bercerita dia dikenai Rp 200,- saat berbelanja di sebuah toko waralaba. Masih di hari yang sama, giliran teman saya yang bercerita pengenaan Rp 200,- per kantong plastik tersebut di toko waralaba juga.

Indonesia & Sampah Plastik

Pada dasarnya saya sangat setuju tindakan pemerintah yang berupaya mengurangi limbah kantong plastik. National Geographic menyebutkan bahwa China merupakan negara teratas penghasil sampah - utamanya sampah plastik - sementara Amerika Serikat menduduki posisi 20. Beberapa negara lain yang termasuk penghasil sampah di antaranya Turki, Brazil, 5 negara Afrika, serta 11 negara Asia.

[caption caption="data negara penghasil sampah terbanyak di dunia, Indonesia ada di urutan kedua! (earthisland.org)"]

[/caption]Berdasar data di atas, ternyata negara kita Indonesia menduduki peringkat kedua negara terbanyak penghasil sampah plastik. Sekali lagi saya sangat sangat setuju upaya pemerintah mengurangi limbah kantong plastik.

Pertanyaan saya cuma satu, "Kenapa jadi konsumen yang dibebani?"

Kenapa Jadi Tanggung Jawab Konsumen?

Di bayangan saya, maaf jika salah, penyediaan kantong merupakan bagian dari service yang diberikan peritel kepada konsumen yang berbelanja di tempatnya. Kantong merupakan compliment pihak toko kepada konsumen. 

Di bayangan saya, kantong bukanlah hak konsumen melainkan kewajiban pihak toko. Cateet.

Karena itu, rasanya tidak masuk akal ketika sebuah compliment, service, dan kewajiban tersebut diuangkan, dijadikan lahan baru untuk mencari keuntungan.

Keuntungan? Ya.

Saya memang nyaris tidak pernah membeli kantong plastik meski beberapa kali membeli trash bag. Saya tidak tahu berapa tepatnya harga 1 buah kantong plastik yang kita bicarakan di sini, tapi yang pasti tidak sampai Rp 200,- karena menurut hitung-hitungan sederhana saya, harga rata-rata 1 buah trash bag yang ukurannya sekitar 0,5 x 1,5 meter ada di kisaran Rp 800,- padahal ukurannya jelas lebih besar dari kantong plastik biasa, pun plastiknya pun lebih tebal.

Lagi pula saya yakin saat sebuah toko memutuskan menyediakan kantong plastik, mereka pasti sudah memikirkan supaya harga kantong tersebut tidak berimbas signifikan pada laba yang mereka dapat.

Nah sekarang jika harga produksi 1 buah kantong plastik tidak sampai Rp 200,- sementara kita harus membayar Rp 200,- berapakah keuntungan tambahan yang diraup dari selisih antara ongkos produksi dan harga jual kantong plastik? Bukankah ini seperti modus baru pengganti 'uang kembalian diganti permen'?

Atau jikapun ongkos produksi 1 buah kantong plastik memang Rp 200,- dan toko - katakanlah - tidak mengambil untung sesen pun, pada dasarnya mereka sudah menikmati keuntungan karena laba yang mereka dapat dari barang-barang yang kita beli tidak berkurang saat mereka memberi kantong plastik kepada kita, apalagi kantong plastik bukan barang yang bisa busuk, bisa distok sampai kapan pun.

Ataupun lagi, mungkin saja pihak toko hanya bertugas menarik biaya kantong plastik di mana seluruh uang tersebut akan disetorkan ke pemerintah, siapa yang bisa menjamin tidak akan ada kecurangan? Saya yakin pembelian kantong plastik tidak dihitung per lembar sehingga penggunaannya agak sulit dicatat sementara biaya yang dibebankan pada konsumen dihitung per lembar kantong.

Sekarang gini, selama ini pihak toko selalu memisahkan belanjaan makanan dengan non-makanan, keduanya ditempatkan dalam kantong yang berbeda sehingga konsumen paling sedikit membawa 2 kantong plastik - meski nilai belanjanya relatif tidak seberapa. Di sini konsumen setidaknya sudah dikenai 2 x Rp 200,-

Namun, apakah tidak tertutup kemungkinan pihak toko hanya akan melaporkan penggunaan 1 kantong plastik untuk setiap pembelanjaan? Dikali 10 orang? 100 orang? 1.000 orang? Setiap hari? Setiap minggu? Setiap bulan?

Lalu Bagaimana?

Karena niat pemerintah adalah untuk mengurangi limbah kantong plastik, semua pihak harus mulai berupaya mengurangi penggunaan kantong plastik. Peritel misalnya, bisa mulai dengan penyediaan kantong dari bahan lain. Saya tahu memang beberapa peritel sudah sejak lama menyediakan kantong berbahan kain - yang sayangnya tidak gratis.

Nah, untuk mendukung program pemerintah tersebut, kenapa kantong kain itu tidak digratiskan selama beberapa waktu? Mungkin ada 1-2 konsumen yang curang dengan belanja berkali-kali supaya dapat kantong gratis, tapi itu bisa dicegah dengan pendataan. Konsumen wajib menunjukkan kartu identitas untuk kemudian diperiksa di database apakah sudah pernah menerima kantong kain atau belum.

Peritel juga bisa mulai menyediakan kantong kertas (paper bag) seperti yang sudah lama dilaksanakan beberapa toko, satu yang saya tahu adalah The Body Shop. Seingat saya sejak pertama menjadi pelanggan sekitar tahun 2001, produk-produk Body Shop dikemas dalam kantong kertas. Namun masalah dengan kantong kertas adalah kekuatannya. Kantong kertas tidak sekuat kantong plastik saat kita membawa barang-barang berat.

Bicara paper bag, saya biasa menyerahkan sebagian hasil pekerjaan pada klien dalam satu kantong kertas khususnya untuk pekerjaan penggandaan DVD dengan jumlah minimal 10 set. Harga 1 pak paper bag yang saya beli ada di kisaran Rp 12.000 dengan isi 12 kantong.

Kembali ke topik.

Peritel juga bisa memberikan diskon khusus bagi konsumen yang membawa kantong sendiri ketika berbelanja sebagai bentuk apresiasi atas kepedulian konsumen pada lingkungan. Jika selama ini mereka sanggup memberi diskon bagi konsumen yang menjadi member di tokonya atau konsumen yang berbelanja menggunakan kartu kredit tertentu, maka seharusnya mereka juga sanggup memberi diskon pada konsumen yang membawa kantong sendiri. Hitung-hitung sebagai pengganti kantong plastik yang seharusnya mereka berikan cuma-cuma pada konsumen.

Akhirnya, jika pemerintah dan peritel memang bersikukuh menarik biaya untuk setiap lembar kantong plastik, sebaiknya dibuat mekanisme yang membuat konsumen percaya bahwa Rp 200,- yang mereka keluarkan tidak digunakan untuk memperbesar keuntungan si peritel.

Untuk soal ini Aprindo sudah memastikan bahwa uang Rp 200,- yang mereka terima konsumen akan dikembalikan melalui CSR. Peritel akan menyusun program CSR kemudian mengajukan proposal dan mempresentasikannya di depan pemerintah.

"Jadi kalau sudah disetujui, uang masuk, barulah dilaksanakan program CSR. Selama ini masing-masing perusahaan ritel punya program CSR, tapi belum signifikan. Dengan begitu, uang yang masuk bukan untuk ritel tapi kita kembalikan ke masyarakat," tandas Roy.

Entahlah, saya hanya bertanya kenapa jadi mereka yang mengelola uangnya ya, padahal ide pengenaan biaya untuk kantong plastik ini kan digagas pemerintah?

Sayangnya tulisan saya kali ini sudah cukup panjang, mungkin lain kali akan saya tulis ide-ide saya soal mekanisme pembebanan biaya kantong plastik. Kalau di bayangan saya sih, dengan ide saya nanti konsumen akan yakin bahwa setiap Rp 200,- yang mereka bayarkan akan langsung diterima dan dikelola pemerintah - bukan peritel.

Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat, mohon maaf jika ada kalimat yang tidak berkenan atau terkesan sok tahu, sok pintar, dan menggurui. Saya hanya ingin berbagi pendapat, selamat berbelanja!

Referensi & Tautan Luar :

  1. Mulai Hari Ini, Belanja Pakai Kantong Plastik Bayar Rp 200, Liputan6
  2. Pengusaha Lakukan Ini dari Uang Kantong Plastik Berbayar, Liputan6
  3. 9 Million Tons of Plastic Waste WIll End Up in Our Oceans in 2015, Says New Study, EarthIsland
  4. Country and Lending Groups, World Bank

sumber gambar

Tulisan ini dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun