Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Rp200,- untuk Setiap Kantong Plastik, Kenapa Dibebankan kepada Konsumen?

24 Februari 2016   13:45 Diperbarui: 24 Februari 2016   14:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keuntungan? Ya.

Saya memang nyaris tidak pernah membeli kantong plastik meski beberapa kali membeli trash bag. Saya tidak tahu berapa tepatnya harga 1 buah kantong plastik yang kita bicarakan di sini, tapi yang pasti tidak sampai Rp 200,- karena menurut hitung-hitungan sederhana saya, harga rata-rata 1 buah trash bag yang ukurannya sekitar 0,5 x 1,5 meter ada di kisaran Rp 800,- padahal ukurannya jelas lebih besar dari kantong plastik biasa, pun plastiknya pun lebih tebal.

Lagi pula saya yakin saat sebuah toko memutuskan menyediakan kantong plastik, mereka pasti sudah memikirkan supaya harga kantong tersebut tidak berimbas signifikan pada laba yang mereka dapat.

Nah sekarang jika harga produksi 1 buah kantong plastik tidak sampai Rp 200,- sementara kita harus membayar Rp 200,- berapakah keuntungan tambahan yang diraup dari selisih antara ongkos produksi dan harga jual kantong plastik? Bukankah ini seperti modus baru pengganti 'uang kembalian diganti permen'?

Atau jikapun ongkos produksi 1 buah kantong plastik memang Rp 200,- dan toko - katakanlah - tidak mengambil untung sesen pun, pada dasarnya mereka sudah menikmati keuntungan karena laba yang mereka dapat dari barang-barang yang kita beli tidak berkurang saat mereka memberi kantong plastik kepada kita, apalagi kantong plastik bukan barang yang bisa busuk, bisa distok sampai kapan pun.

Ataupun lagi, mungkin saja pihak toko hanya bertugas menarik biaya kantong plastik di mana seluruh uang tersebut akan disetorkan ke pemerintah, siapa yang bisa menjamin tidak akan ada kecurangan? Saya yakin pembelian kantong plastik tidak dihitung per lembar sehingga penggunaannya agak sulit dicatat sementara biaya yang dibebankan pada konsumen dihitung per lembar kantong.

Sekarang gini, selama ini pihak toko selalu memisahkan belanjaan makanan dengan non-makanan, keduanya ditempatkan dalam kantong yang berbeda sehingga konsumen paling sedikit membawa 2 kantong plastik - meski nilai belanjanya relatif tidak seberapa. Di sini konsumen setidaknya sudah dikenai 2 x Rp 200,-

Namun, apakah tidak tertutup kemungkinan pihak toko hanya akan melaporkan penggunaan 1 kantong plastik untuk setiap pembelanjaan? Dikali 10 orang? 100 orang? 1.000 orang? Setiap hari? Setiap minggu? Setiap bulan?

Lalu Bagaimana?

Karena niat pemerintah adalah untuk mengurangi limbah kantong plastik, semua pihak harus mulai berupaya mengurangi penggunaan kantong plastik. Peritel misalnya, bisa mulai dengan penyediaan kantong dari bahan lain. Saya tahu memang beberapa peritel sudah sejak lama menyediakan kantong berbahan kain - yang sayangnya tidak gratis.

Nah, untuk mendukung program pemerintah tersebut, kenapa kantong kain itu tidak digratiskan selama beberapa waktu? Mungkin ada 1-2 konsumen yang curang dengan belanja berkali-kali supaya dapat kantong gratis, tapi itu bisa dicegah dengan pendataan. Konsumen wajib menunjukkan kartu identitas untuk kemudian diperiksa di database apakah sudah pernah menerima kantong kain atau belum.

Peritel juga bisa mulai menyediakan kantong kertas (paper bag) seperti yang sudah lama dilaksanakan beberapa toko, satu yang saya tahu adalah The Body Shop. Seingat saya sejak pertama menjadi pelanggan sekitar tahun 2001, produk-produk Body Shop dikemas dalam kantong kertas. Namun masalah dengan kantong kertas adalah kekuatannya. Kantong kertas tidak sekuat kantong plastik saat kita membawa barang-barang berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun