[caption caption="dengan kendaraan inilah kita akan mengelilingi merapi selama 1 hingga 1,5 jam ke depan (dokpri)"]
Beberapa saat kemudian, jeep sudah dipacu menempuh jalan yang lebih banyak berbatu, berdebu, dan benar-benar tidak rata alias 'gujlek-gujlek'.
Benar-benar pengalaman baru bagi saya sekeluarga.
"Jalan ini kita yang bikin, Pak," ujar driver jeep bernama Anto yang menjadi pemandu kami sewaktu kendaraan menempuh jalan tanah yang membuat penumpangnya berguncang - bahkan bila tidak hati-hati bisa saja terpental keluar.
Kalo hujan pasti licin, pikir saya.
Omahku Memoriku (The House of Memory)
Inilah lokasi pertama yang kami kunjungi. Kondisi jalan dari titik pemberangkatan ke lokasi ini tidak terlalu berat karena beberapa kali saya bisa mengambil gambar - bahkan berswafoto (selfie) sepanjang perjalanan.
Omahku Memoriku adalah sebuah rumah yang didedikasikan menjadi museum erupsi Merapi 2010. Di sini terpajang aneka memorabilia korban Merapi yang dikumpulkan dari berbagai tempat di sekitar kawasan. Ada motor yang sudah tinggal rangkanya saja, ada tulang sapi, furnitur, perkakas rumah tangga, dll. Bahkan rumah itu sendiri sudah menunjukkan pada kita seperti apa dahsyatnya erupsi Merapi.
[caption caption="jam di omahku memoriku, perhatikan bahwa jarum berhenti di angka 12 lewat 15 menit (dokpri)"]
"Jam ini berhenti setelah tiga kali diterjang panas Merapi," tutur Anto. Sayangnya saya tidak ingat apakah waktu yang tertunjuk pada jam tersebut pagi atau malam.
Kami pun meninggalkan Omahku Memoriku dan menuju lokasi kedua.