Satu hal yang menggelitik, cuitan tersebut memang benar ditulis tanggal 17 Juli 2015 akan tetapi waktunya berbeda.
Si pengunggah menyatakan bahwa twit ditulis jam 05:10 pagi alias jam 07:10 waktu Papua sementara saya menemukan bahwa twit tersebut ditulis jam 07:10 malam!
Perbedaan waktu yang signifikan.
Apa Yayat Biaro menghapus kemudian men-twit ulang? Tapi kenapa waktunya bisa presisi hanya beda 14 jam? Atau si pengunggah yang tidak paham perbedaan antara AM (tengah malam s.d pagi) dengan PM (siang hari sampai tengah malam)?
Atau ada sesuatu yang lain?
Saya pun meneruskan investigasi.
Penelusuran Kedua : Situs Islam Toleran dan Akun Kompasiana Gatot Swandito
Investigasi berikutnya membawa saya ke salah satu artikel di situs islamtoleran.com berjudul “Waspada…Politisi Golkar Ini Ancam Bakar Gereja Di Hari Natal Nanti”. Berikut saya kutip sebagian isinya :
Begini cecuitan Yayat yang meroketkan namanya itu, “jika tindakan membubarkan sholat ied, kemudian bakar mesjid tdk diberi hukuman setimpal, jgn salahkan jika natalan nanti gereja2 dibakari!”
Kicauan itu dipublis Yayat lewat akun Twitter-nya @yayatbiaro pada 17 Juli 2015 pukul 05.10. Kalau dilihat dari waktunya, cecuitan Yayat ini hanya berselang beberapa menit setelah kerusuhan Tolikara yang terjadi pada sekitar pukul 07.30 WIT atau 05.00 WIB.
Artinya saat memposting kicauannya, Yayat belum mendapat informasi cukup. Bagaimana mungkin seorang wakil rakyat yang mengaku sebagai “Yang Terhormat” menyebarluaskan informasi yang sangat sensitif yang ia sendiri belum tentu memiliki data yang mencukupi.
Lagi, di sini saya menemukan informasi cuitan yang ditulis jam 05:10.