Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Kenapa Komik Jepang Mampu Melibas Komik Indonesia?

18 Mei 2015   01:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:53 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366313" align="aligncenter" width="600" caption="Ranma 1/2, salah satu manga jenaka karya Rumiko Takahashi yang dijadikan anime. Ide ceritanya unik, ceritanya juga konyol (sumber gambar : simkl.com)"][/caption]

Komik Indonesia pernah sangat berjaya – setidaknya antara tahun 80-an hingga 90-an yang merupakan masa dimana saya mengenal dan membaca komik-komik Indonesia (selain tentunya komik terjemahan dari barat).  Namun saya yakin masa keemasan komik Indonesia sudah dimulai jauh sebelum itu karena buktinya ayah saya terinspirasi untuk memberikan saya nama yang mirip dengan seorang komikus terkenal.

Selama masa-masa itu, saya bisa menyebutkan beberapa judul komik yang pernah saya baca berikut komikusnya antara lain : Sinar Perak dari Selatan, Kapten Halilintar (Jan Mintaraga), Mahabharata (RA Kosasih), Si Buta dari Goa Hantu (Ganes TH), Mandala dari Sungai Ular (Man), Panji Tengkorak (Hans Jaladara), Serial Pendekar Rajawali, Jaka Tuak (Henky), Gina (Gerdi WK), Nusantara (Mater), Gundala Putra Petir (Hasmi), Godam (Wid NS), Dewa Bukit Salju (Yanthi), Lamaut (Joni Andrean), dll sila tambahkan sendiri.

Saya sendiri menyukai serial Pendekar Rajawali karya Henky dan Gina karya Gerdi WK.

[caption id="attachment_366314" align="aligncenter" width="500" caption="cover komik jodoh rajawali sakti karya henky (sumber foto : tokokomikantik.com)"]

14318869461535041911
14318869461535041911
[/caption]

[caption id="attachment_366315" align="aligncenter" width="350" caption="cover komik gina, dukun dari tibet karya gerdi wk (sumber : planetsuperhero.wordpress.com)"]

1431886986657808018
1431886986657808018
[/caption]

Namun memasuki tahun 90-an, komik Indonesia mendadak mati dengan cepat seiring gempuran masif komik Jepang yang lazim disebut manga.  Dan menjelang tahun 2000, praktis sudah tidak ada lagi komik Indonesia yang tersisa.  Semua habis dilibas komik Jepang.

Kenapa?

Rasanya sudah banyak tulisan yang membahas sebab-musabab kalahnya komik Indonesia dalam menghadapi gempuran manga, karena itu semoga tulisan saya kali ini bisa ikut menambah pengetahuan netter tentang apa yang menjadi keunggulan manga dibanding komik-komik lain – khususnya komik Indonesia.

Siap?

Tema Cerita yang Beragam


Jujur saya katakan, kualitas manga belakangan ini agak menurun, tema ceritanya nyaris seragam – mungkin karena sekarang sudah sulit mencari ide cerita yang orisinil atau kemungkinan importir yang hanya berorientasi bisnis, entahlah.

Namun dulu pada awal gempurannya ke Indonesia, manga hadir dengan tema yang beragam mulai cerita jenaka tentang ninja (Natane, Mitsuru Adachi), kisah tentang cinta dan reinkarnasi (Setinggi Langit dan Bintang, Michiyo Akaishi), seni bela diri (Kungfu Boy, Takeshi Maekawa), pahlawan super (Sailor Moon, Takeuchi Naoko), sampai kisah-kisah horor karya Yoko Matsumoto dan kisah cinta remaja karya Yukari Kawachi.

[caption id="attachment_366316" align="aligncenter" width="295" caption="manga jenaka natane karya mitsuru adachi (sumber gambar : goodreads.com)"]

1431887027174857025
1431887027174857025
[/caption]

Sebagai pembaca, saya suka dengan tema cerita yang beragam – apalagi waktu itu komik Indonesia image-nya adalah bacaan cowok dengan adegan-adegan silat atau perkelahian antara manusia super, sementara manga juga menyediakan genre yang pas buat pembaca cewek (Candy Candy, Serial Cantik, Sailor Moon).  Pengelompokkan manga seperti ini setahu saya dibagi menjadi shonen (manga untuk cowok) dan shoujo (manga untuk cewek), mohon koreksinya.

Detail


Satu hal yang saya kagumi dari para mangaka (komikus Jepang) adalah mereka tak segan bermain dengan detail.  Saat menggambar – misalnya – mobil, hasil goresan mereka benar-benar menggambarkan mobil yang sesungguhnya; detail rodanya, bentuk lampunya, sampai hal-hal kecil semisal logo sekalipun digambarkan dengan detail.

Begitupun dengan kostum, para mangaka tak segan menggambar secara detail kostum yang sedang dikenakan salah satu tokoh dalam ceritanya.

[caption id="attachment_366317" align="aligncenter" width="500" caption="potongan manga mily magic karya yukari kawachi, perhatikan bahwa mangaka tetep niat menggambar pakaian tokoh-tokohnya dengan detail (sumber gambar : mangahere.co)"]

14318870861364806154
14318870861364806154
[/caption]

Komikus Indonesia bukannya tidak ada yang detail seperti itu, Ganes TH contohnya.  Sepanjang ingatan saya, komikus satu ini juga sangat memperhatikan detail.  Begitu juga Hans Jaladara karena tokoh Panji Tengkorak itu banyak aksesorisnya sehingga lumayan rumit untuk digambar.

Panel yang Variatif


Inilah keunggulan telak manga terhadap komik lain.  Panel komiknya variatif, satu halaman dalam manga bisa saja terdiri dari beberapa panel (kotak) sbb :

[caption id="attachment_366318" align="aligncenter" width="500" caption="potongan manga beelzebub karya ryuhei tamura, perhatikan bentuk panelnya yang variatif (sumber gambar : komikbacaonline.blogspot.com)"]

14318871341846723542
14318871341846723542
[/caption]

Komik Jepang kelihatannya tidak terikat pada bentuk panel yang lazim digunakan dalam komik (satu halaman terdiri dari dua panel – atas dan bawah), bahkan saya lumayan sering menjumpai dua halaman yang habis ‘hanya’ untuk menggambarkan satu adegan – biasanya adegan pertarungan.

Tidak hanya itu, selama ini saya nyaris tidak menjumpai narasi / deskripsi dalam manga sbb :

[caption id="attachment_366319" align="aligncenter" width="500" caption="potongan manga kungfu boy karya takeshi maekawa, perhatikan bahwa di panel kiri yang menampilkan pemandangan sama sekali tidak ada tulisan (sumber gambar : mangaspiral.blogspot.com)"]

14318871721102962025
14318871721102962025
[/caption]

Lihat?

Di panel kiri yang menggambarkan suasana alam, sama sekali tidak terlihat adanya narasi atau deskripsi yang menceritakan suasana desa atau apapun.  Jika di komik Indonesia mungkin sudah ada deskripsi yang kira-kira menggambarkan suasana desa atau kegiatan yang dilakukan sang tokoh.

Imbasnya pembaca jadi bebas berimajinasi, lagipula kita bisa menikmati gambar tanpa terganggu tulisan.

Ekspresif


Dalam bahasa sehari-hari mungkin bisa diistilahkan sebagai ‘lebay’ atau ‘dramatis’ sbb :

[caption id="attachment_366320" align="aligncenter" width="500" caption="potongan dari manga sailor moon karya takeuchi naoko, apa pesan mangakanya sampai pada pembaca? (sumber gambar : rewinnita.wordpress.com)"]

1431887213989387095
1431887213989387095
[/caption]

Dengan melihat gambar di atas saja, saya yakin pesan yang ingin disampaikan si pelukisnya sudah sampai ke pembaca.  Perasaan hati seorang gadis yang berjumpa dengan pemuda yang disukainya.

Hal seperti itulah yang menjadi salah satu keunggulan telak manga terhadap komik lain.

Sekali lagi, mungkin karena kebanyakan komik Indonesia ditujukan untuk pembaca cowok sehingga hal-hal semacam itu (pesan yang bisa sampai ke pembaca) sulit saya dapatkan dari komik Indonesia.  Dalam hal ini, komik Indonesia lebih condong ke komik Barat yang lebih mengedapankan sensualitas (fisik) ketimbang perasaan.

Tidak percaya?

Saya ingat beberapa komik yang pernah saya baca menampilkan sosok-sosok perempuan bertubuh sintal dengan mengenakan pakaian yang menonjolkan dada dan pantat serta menyingkapkan paha.  Formula ini mirip dengan yang digunakan komikus-komikus Barat ketika menampilkan tokoh-tokoh wanita.  Bukannya tidak baik, hanya saja pembaca cewek mungkin kurang suka 'pertunjukan' semacam ini, kalo yang cowok sih saya yakin seneng-seneng aja.

Pemasaran


Saya tidak tahu bagaimana sistem pemasaran komik Indonesia yang hadir berseri-seri, apakah nunggu sampai tamat baru dilempar ke pasar atau dicicil setiap minggu / bulan.

Jika sistem pemasarannya nunggu tamat dulu baru dijual, ini berbanding terbalik dengan manga.  Manga berseri yang dijual di Indonesia – meski di Jepangnya mungkin sudah tamat – punya jadwal terbit seperti majalah.  Penjadwalan seperti ini akan menimbulkan keterikatan antara pembaca dengan tokoh-tokohnya sekaligus menantang komikus untuk membuat cerita yang lebih fleksibel.  Jika pembaca suka dengan ceritanya, jumlah episode bisa-bisa semakin banyak.

Dan penerbit memang berperan besar dalam hal ini.

Itulah pendapat saya tentang keunggulan manga (komik Jepang) dibanding komik lain – khususnya Indonesia.  Tulisan ini dibuat menggunakan sudut pandang saya sebagai pembaca dan penikmat komik segala genre.

Bagi penggiat komik Indonesia, berita bagusnya saya melihat kualitas manga belakangan ini agak menurun seperti yang sudah saya singgung di awal tulisan.  Karena itu, mungkin sekarang saat yang tepat untuk membangkitkan kembali komik Indonesia, apalagi jika penerbit besar bersedia mendukung pemasaran komik Indonesia.

Semoga ada yang bisa diambil dari tulisan saya kali ini.  Mohon maaf jika penyampaiannya tidak runut dan sulit dipahami.

Salam komik!

[caption id="attachment_366321" align="aligncenter" width="500" caption="potongan komik gina karya gerdi wk, saya menanti tokoh ini muncul kembali (sumber gambar : jualkomiklama.blogspot.com)"]

1431887258456639752
1431887258456639752
[/caption]
Tulisan ini masuk kategori “Serba-Serbi” dan dipublish pertamakali di blog.ryanmintaraga.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun