Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

DreadOut, Game Survival Horror Buatan Bandung

24 April 2015   11:11 Diperbarui: 4 April 2017   17:53 3203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi sejujurnya yang paling saya suka dari aspek visual DreadOut adalah desain karakternya. Linda sebagai tokoh utama memang wajahnya cenderung oriental alias lebih mirip wajah karakter game Jepang, tapi justru itu yang saya suka apalagi dia juga seksi seperti rata-rata komentar gamer lainnya hehehe…

[caption id="attachment_362476" align="aligncenter" width="600" caption="linda, tokoh utama (sumber : indiedb.com)"]

1429848461754684081
1429848461754684081
[/caption]

[caption id="attachment_362477" align="aligncenter" width="600" caption="linda, diliat dari low-angle, hmmm... (screenshot)"]

14298484831306936010
14298484831306936010
[/caption]

Kelemahan?


Entahlah, mungkin karena yang saya mainkan adalah versi demo, saya merasa DreadOut minim panduan bagi pemain pemula, tapi sisi positifnya adalah permainan tidak ‘terganggu’ dengan tutorial yang bertele-tele karena jika bingung, pemain tinggal menekan tombol [Esc] untuk mengakses Menu Bantuan.

Di situs metacritic, DreadOut mendapat rating 55/100. Kritik utama ditujukan pada kualitas grafik dan singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permainan – sekitar 3 jam.

Satu yang harus diingat, 3 jam menurut mereka bisa jadi berhari-hari menurut kita yang bukan gamer profesional. Saya sudah banyak membaca review soal game yang menyebutkan bahwa game X bisa diselesaikan dalam waktu 48 jam sementara saya sendiri menyelesaikannya dalam waktu 8-10 hari hehehe....

Kesimpulan


Menurut saya pribadi, DreadOut mirip dengan game survival horror Fatal Frame buatan Tecmo Jepang dan Silent Hill dari Konami. Kemiripan ini sangat terasa mulai dari tokoh utama yang sama-sama gadis muda hingga gameplay yang mengharuskan tokoh utama mengalahkan hantu-hantu yang muncul sepanjang permainan dengan cara memotretnya. Bedanya jika tokoh utama di Fatal Frame menggunakan kamera foto, untuk DreadOut Linda menggunakan smartphone IrisPhone yang kelihatannya bersistem operasi Android.

Game survival horror made in Bandung ini kuat di aspek suara. Musik latar dan efek suaranya – termasuk suara jantung berdegup – bisa membuat bulu kuduk pemainnya merinding, bahkan ada gamer yang berkomentar bahwa umurnya bisa-bisa menyusut gegara memainkan game ini.

Bahkan di YouTube seorang gamer mancanegara yang memainkan DreadOut sampai menjerit-jerit dan mengeluarkan makian khas saking terkejutnya mereka ketika ada hantu yang mendadak muncul begitu saja.

Saya sendiri juga beberapa kali merinding saat memainkan DreadOut versi demonya.

Ya, versi demo DreadOut tersedia untuk komputer berbasis Windows, Mac, serta Linux dan bisa diunduh di situs resminya dengan besaran file sekitar 500-600 MB.  Sementara untuk versi penuhnya yang sudah hadir sekuelnya (Act 2) bisa dibeli seharga Rp 165.000 di Steam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun