Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta, Kenapa Kau Terasa Begitu Menyakitkan? #2 : Kamu Terlalu Baik Untukku

12 Februari 2014   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber foto : vemale.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Ilustrasi (sumber foto : vemale.com)"][/caption] 5 Februari 2012 Kika gelisah, sebentar-sebentar dia melihat layar ponselnya.  Sudah dua jam berlalu semenjak dia mengirimkan ucapan selamat ulang tahun pada Go, namun sampai sekarang lelaki itu tidak juga membalas. Kika sangat mengenal Go. Atau jangan-jangan?

* * *

5 Februari 2001

"Terimakasih untuk ucapannya, Kika.  Semoga kamu selalu bahagia."

Kika memandang pesan balasan dari Go hanya beberapa menit setelah dia mengucapkan selamat ulang tahun.  Kika membaca pesan itu berkali-kali.

"Semoga kamu selalu bahagia"

Kalimat terakhir pesan singkat itu membuat Kika menghela nafas.  Sengaja dia tidak menceritakan pada Go perihal putusnya pertunangannya dengan Taufan - lelaki yang selalu memukulinya setiap hasratnya pada tubuh Kika tidak terpenuhi.  Bahkan setelah Kika mengikuti segenap keinginan Taufan - termasuk menggugurkan janin dalam perutnya, lelaki itu tidak pernah berniat menikahinya. Dari dasar hatinya, Kika ingin sekali melabuhkan hatinya pada Go, tapi,

"Kamu terlalu baik, Go.  Kamu terlalu baik untukku."

* * *

Kika semakin gelisah.

Kenapa dia tidak membalas juga?  Apakah dia sudah melupakan aku?  Kenapa?

Kika tidak tenang, tidak biasanya Go seperti ini.  Ingin rasanya dia menelpon Go, tapi dia sadar itu tidak mungkin.

Aku harus bagaimana?  Apa yang harus kulakukan?

Tiba-tiba ponselnya berdering.

* * *

13 Oktober 2002 Go tersentak dari lamunannya, ponselnya berdering keras sekali.  Wajahnya cerah ketika melihat nomor yang memanggilnya.

"Halo Kika?" sapanya.
"Go…" suara Kika terdengar lirih.  Saat ini dia sudah yakin pada hatinya.
"Kika?  Kamu tidak apa-apa 'kan?  Kamu kenapa?" terdengar nada khawatir dalam suara Go.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun