Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kejarlah Cinta #4: Sebuah Hadiah Untuk Dia

15 Maret 2014   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:54 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1394842789997672330

Cerita Sebelumnya :

Rian memenuhi ajakan Lintang untuk jalan bareng ke Dufan.  Di sana Rian membeli sebuah hadiah yang akan diberikannya pada Rin.  Bagaimana perkembangan hubungan Rian dan Rin?

CHAPTER 4


“Oh?  Kamu kemarin ke Dufan?!” seru Rin saat Rian menyerahkan hadiahnya.

Siang itu seperti biasa Rian datang dan berlatih duluan sehingga mereka ada waktu untuk bicara berdua.  Mata Rin tampak berbinar menerima gantungan handphone tersebut yang langsung dipasang di ponselnya.  Agak sulit ternyata.


“Bisa?  Perlu aku pasangin?” tanya Rian.


“Sebentar…”  Rin masih mencoba, tapi nampaknya memang sulit.  Rin kemudian menyerah dan mengangsurkan ponselnya pada Rian,


“Please.  Maaf ngerepotin.”

Tak butuh waktu lama bagi Rian untuk memasang gantungan tersebut pada tempatnya.  Rian pun bermaksud mengembalikan ponsel Rin.  Tapi tiba-tiba ponsel itu lepas dari tangannya.


Aah!

Rian dan Rin bergerak refleks, berusaha mencegah agar ponsel tidak jatuh.  Usaha mereka berhasil.


Fyuhh!  Hampir aja.  Untung masih bisa ketangkap.  Kalo sampai jatuh, nggak tau deh apa jadinya, pikir Rian lega.

Saat itu Rian baru sadar.

Dia dan Rin saling menggenggam!  Gerak refleks mereka berdua tadi sudah membuat mereka saling menggenggam tangan!

Rian terpaku.


Rin nampaknya masih belum sadar kalo kita saling pegangan tangan.

Rian masih ingin lebih lama menikmati saat-saat ini, menikmati hangatnya tangan Rin yang menggenggam tangannya – meski hanya sepersekian detik.

Tepat pada saat itu Lintang datang.

Rin pun sadar, buru-buru dia melepaskan pegangan tangannya pada Rian,


“L…  Lintang, sudah datang?” Rin tergagap, “A… Aku tadi minta tolong pasangin gantungan handphone sama Rian, eh ternyata handphoneku mau jatuh.  Kita berdua refleks mau nangkep, jadinya ya seperti yang kamu liat tadi.”

Lintang memandang Rin dan Rian.  Senyum nakalnya mengembang,


“Ah, biarpun kalian pegangan tangan dengan mesra juga nggak masalah.  Kalian ‘kan pasangan serasi.”

Wajah Rin dan Rian memerah,


“Rian, kamu ‘nembak’ kak Rin ya?”  Lintang menggoda Rian.

Rian kaget, tak menyangka dapat pertanyaan seperti itu,


“A… Apaan sih?!  Aku ‘kan cuma ngasih gantungan handphone sama Rin!  Walaupun aku…”  Rian mendadak menghentikan kalimatnya.  Nyaris saja dia mengatakan “suka pada Rin” tadi.


Waduh!  Hampir saja!

Lintang melotot pada Rian.


Hampir saja!  Rian, Sekarang masih terlalu cepat buat kamu menyatakan perasaan pada kak Rin!

Rin jadi tertawa melihat ‘pertengkaran’ mereka berdua,


“Sudahlah, soal gini aja bisa bikin kalian bertengkar.  Ngelihat kalian berdua, aku merasa kalo justru kalianlah yang pasangan serasi.  Oya Lintang…”

Rin mendekati Lintang,


“Kamu kemarin habis ke Dufan juga ya?”

Sekarang giliran Lintang yang terkejut,


“Lho?  Eh…  Ng… Kok kakak bisa ngomong gitu?”


“Udah deh jawab aja.  Iyaa apa nggaak?”

Lintang bingung, harus menjawab apa.  Sebelumnya dia sudah janji pada Rian untuk tidak memberitahu Rin soal kepergian mereka berdua ke Dufan.  Lintang memandang Rian.


Gimana nih?

Yang dipandang malah mengangkat bahu.


“Hei ditanya malah bengong.  Pake mandang Rian, lagi…” Rin meledek.


“Kok kak Rin tau kalo aku ke Dufan juga?” akhirnya Lintang menyerah.

Rin tertawa lagi sambil memegang tangan Lintang,


“Ya iyalah aku tau!  Nih di tangan kamu ada bekas stempel Dufan, sama kaya’ Rian.  Apa jangan-jangan kalian pergi bareng?  Berdua aja?”


“Kak Riiiin!” Lintang memekik.


“Lain kali ajak aku juga dong, kita jalan bertiga.  Terserah Rian deh mo gandeng siapa hahaha…”

Rin makin bersemangat menggoda Lintang yang cuma bisa ngomong, “Kak Riiiin!” berulang-ulang.  Sementara di pinggir lapangan Rian cuma bisa duduk dengan keringat mengalir deras.

Kok jadi gini?

(Bersambung)


Rin ternyata bisa menebak bahwa Lintang dan Rian pergi bareng ke Dufan.  Tunggu chapter berikutnya saat Rin mulai merasa ada satu perasaan terhadap Rian.  Apa yang akan terjadi pada hubungan mereka berdua?  Apakah mereka akan semakin dekat?

Kejarlah Cinta, terbit dua kali dalam seminggu, Rabu pagi dan Sabtu pagi…

Kejarlah Cinta #5 : Jangan Terlambat atau Kamu Bakal Menyesal | Kejarlah Cinta #1 : Perkenalan Pertama

Sumber gambar : cestlasara.blogspot.com
Dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun