“Thanks.”
Jangan terlambat atau kamu bakal menyesal.
* * *
Kamar Rian, jam 10 malam…
Rian sedang berbunga-bunga, besok adalah hari yang istimewa, hari dimana dia bisa jalan bareng Rin gadis pujaan hatinya. Pemuda itu tersenyum sendiri membayangkan betapa istimewanya hal-hal yang akan dialaminya esok hari. Apalagi kedua sahabatnya sudah meyakinkan bahwa Rin pun sebenarnya ada hati juga padanya.
Ah, lebih baik aku mempersiapkan pakaian buat besok.
* * *
Kamar Rin, di saat yang sama…
Besok aku jalan bareng Rian. Aku nggak nyangka kalo ternyata aku mulai menyukainya. Cowok pemalu itu. Entah kenapa semakin aku mengenalnya, aku semakin tertarik padanya.
Rin sibuk memilih-milih pakaian yang akan dikenakannya esok.
Ini kelihatannya cocok. Atau ini? Hm… Tapi ini juga oke sih…
Tiba-tiba ponsel Rin berbunyi. Ada pesan masuk.
Rian?
Dengan penuh harap, Rin mengambil ponselnya.
Pesan itu ternyata bukan dari Rian.
Apa kabar Aya-ku? Ini aku Tama. Maaf baru bisa berkabar sekarang, kegiatan kampusku sangat padat belakangan ini. Belum lagi aku sudah mulai sibuk mengurus usaha ayahku. By the way, boleh aku besok ngajak kamu jalan? Itu juga kalo kamu nggak ada acara, kebetulan besok aku ada waktu luang dan lusa aku harus ke luar kota. Entah kenapa saat ini aku kangen kamu Aya. Aku sangat berharap besok kita bisa jalan.
Rin terhenyak. Hanya ada satu orang yang memanggilnya dengan nama itu.
Mas Tama.
Tiba-tiba Rin terjebak dalam kebimbangan.
Aku memang mulai suka pada Rian, tapi… Mas Tama adalah cinta yang kukejar sejak aku kelas I. Mas Tama juga yang awalnya jadi alasanku ikut ekskul bulutangkis.
Rin mendesah.
Aku harus bagaimana?
(Bersambung)
Satu pesan singkat dari seseorang yang disebut Rin sebagai 'Mas Tama' sudah cukup membuat gadis itu terjebak dalam kebimbangan. Siapa dia dan apa hubungannya dengan Rin? Jangan lewatkan chapter berikutnya...
Kejarlah Cinta, terbit dua kali dalam seminggu, Rabu pagi dan Sabtu pagi…
Kejarlah Cinta #7 : Kamu Mau Jadi Pacarku? | Kejarlah Cinta #1 : Perkenalan Pertama