Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kejarlah Cinta #15: Semudah Inikah Aku Mendapatkanmu?

15 April 2014   13:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1397357667742021728


“Pasti sayang, sampe ketemu besok ya.  Miss you…”

Tama menutup ponselnya.  Nampaknya dia sedang senang hari ini.


Hari yang melelahkan tapi menyenangkan.  Akhirnya aku baikan lagi sama dia.

Sambil bernyanyi kecil, Tama menuju kamar kosnya di lantai dua.  Malam itu jarum jam baru beranjak ke angka delapan sehingga suasana di luar masih ramai tapi penghuni kos yang lain kebanyakan belum kembali ke rumah.

Di ujung tangga tiba-tiba Tama berhenti.  Dia melihat sesosok gadis yang sangat dikenalnya berdiri di depan pintu kamar kosnya.


Dia?  Ngapain dia ada di sini?

Tama cepat-cepat menguasai dirinya.


Fyuhh…  Untung aja aku lagi nggak sama Maya.  Bisa berabe urusannya…


“Hai Aya?  Kamu bikin aku kaget aja…” panggil Tama pada gadis tersebut yang ternyata Rin.

Acuh tak acuh Rin memandang Tama,


“Mas kaget?  Kenapa kaget?  Didatangi pacar kok kaget?  Emang Mas ngapain?” jawabnya.


“Iiy…yaa…  Nggak apa-apa sih, ak… aku seneng kamu datang.  Cuma kalo dadakan gini ya aku kaget juga…” Tama tergagap.


“Kamu gugup Mas, kamu juga kaya’nya cape banget sampe keringetan gitu?”


“Iya, aku hari ini cape banget.  Tugas kampus.  Nanti kamu juga bakal ngerasain kalo udah jadi mahasiswa.”

Keduanya kini berdiri di depan pintu kamar kos Tama.


“Mas…” panggil Rin.


“Ya Aya?”


“Kok pacarnya dateng nggak dibukain pintu?  Nggak disuruh masuk?  Apa aku ngganggu kesibukan kamu?”


“Ah… Oh… Nggak kok…” Tama kembali tergagap dan mulai merasa tidak nyaman, ”Aku lupa.  Sebentar, aku buka dulu pintunya.”


Ada apa dengannya hari ini?  Sepertinya auranya beda banget.  Apa dia lagi bad mood?

Rin mendekati Tama.


“Kamu hari ini agak lain, Aya…” ujar Tama, “Ada apakah?”


“Oh nggak ada apa-apa…” jawab Rin tersenyum aneh, “Aku tadi ikut turnamen antar sekolah, dan pulangnya liat orang pacaran.  Tiba-tiba aja aku inget kamu dan ingin ‘MELAKUKAN SESUATU’ ke kamu.”

Rin memberi penekanan pada kata ‘melakukan sesuatu’.


Melakukan sesuatu?  Apa maksudnya? Tama keheranan.

Kini jarak antara mereka berdua semakin dekat.  Rin memandang Tama.  Dalam hatinya, Tama bersorak.


Oh, jadi ini yang kamu mau? Apa semudah inikah aku mendapatkanmu Aya?  Aku nggak perlu melakukan apa-apa dan kamu datang sendiri memintanya padaku.  Huh!  Gampangan!


“Mas, angsurkan pipimu.  Yang mana aja boleh…” pinta Rin.


“Cuma pipi?” goda Tama.


“Iya, pipi aja dulu.  Oya pejamkan juga matamu Mas…”


“Oke…”

Tama mengangsurkan pipinya dan memejamkan matanya.


Sebentar lagi aku akan mendapatkan semuanya darimu, Aya.  Setelah pintu ini terbuka, kamu nggak akan bisa lepas dariku.  Kamu memang gampang aku dapa…

PLAKK!!!

Alih-alih mendapatkan ciuman seperti sangkaannya, sebuah tamparan keras dari Rin mendarat di pipi Tama.  Sebelum Tama sadar apa yang terjadi, Rin sempat mendaratkan lagi sebuah tamparan di pipi pemuda tersebut.

PLAKK!!!


“Aya?!  Kenapa?!” protes Tama.


“Jangan kamu pikir aku nggak tau kamu di mana dan sama siapa tadi sekitar jam 4!” sentak Rin marah.  Gadis itu menjauh ketika Tama coba mendekatinya.


“Jangan dekat!  Tama!  Aku liat semuanya tadi.  Dan ingat, aku nampar kamu bukan karena aku menyesal sudah mencintaimu.  Aku menyesal karena sudah terlau banyak mempercayai kata-katamu!”

Tama mengusap pipinya yang merah karena tamparan tadi.  Beberapa penghuni kos melihat sejenak pertengkaran mereka.  Tama merasa malu tapi Rin tidak peduli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun