Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kejarlah Cinta #17 : The Ending

19 April 2014   03:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:30 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13977131221483556826


Dia sedang membakar kertas-kertas yang tadi aku berikan padanya.  Tapi kenapa?

Lintang ingin menanyakan hal itu pada Rian.  Tapi keberaniannya saat ini hilang entah ke mana.  Dia hanya bisa terdiam menyaksikan pemuda itu membakar kertas-kertas tersebut satu demi satu.


“Lin…  Siapa lagi yang tau?” Rian akhirnya bersuara, pelan.


“Tau… apa?” Lintang masih tak mengerti.  Suaranya masih terbata karena isakannya.


“Kertas-kertas ini dan cerita masa lalumu…”

Lintang tampak ragu.


“Saat ini cuma kamu.  Nggak ada lagi yang tau…  Aku cuma cerita ke kamu,” ujarnya.

Rian tampak lega.


“Berarti…  Nggak apa-apa ‘kan kalo aku bakar kertas-kertas ini?”

Lintang hanya bisa mengangguk, saat ini dirinya masih diliputi kebingungan yang teramat sangat akan tindakan Rian.

Setelah kertas-kertas itu habis dibakar seluruhnya, Rian bangkit dan mendekati Lintang yang mundur selangkah.


“Tapi… sekarang kamu sudah tau ‘kan?” Lintang masih ragu dan takut.

Rian menggeleng,


“Tau apa?  Aku masih belum tau…”


“Tapi kamu sudah liat isi amplop coklat itu.  Kamu sudah tau masa laluku.”


“Lintang, bukan itu yang aku ingin tau.  Saat ini aku belum tau jawabanmu atas perasaanku tadi.”

Lintang terkejut,


“Tapi… kamu sudah tau masa laluku…”


“Itu nggak penting.  Masa lalumu bukan kehidupanmu yang sekarang, bukan pula masa depanmu.  Lagipula ini dari berita ‘kan?  Ini masih kata orang ‘kan?  Yang terbaik buatku adalah mendengarnya dari kamu sendiri.”


“Rian…”


“Kamu tadi sudah mempertaruhkan hal terbesar dalam hidupmu hanya untuk menjawab perasaanku.  Kamu ngasih tau rahasiamu cuma ke aku.  Aku bahkan yakin kamu nggak akan memberitahukan rahasiamu yang seperti ini ke orang lain – bahkan ke sahabatmu sendiri.”

Rian melanjutkan kalimatnya,


“Karenanya aku malah semakin yakin dengan perasaanku ke kamu.”

Rian mendekati Lintang, kedua tangannya memegang bahu gadis tersebut dengan lembut.


“Lintang… Aku menyukaimu… bukan… aku mencintaimu…”

Mata Lintang membelalak lebar.


“Rian…” hanya itu yang bisa dikatakannya.


“Lintang…  Kamu mau jadi pacarku?”

Lintang tak menjawab, dan tiba-tiba memeluk Rian.  Erat.  Tindakannya ini awalnya mengejutkan Rian, namun kemudian pemuda ini balas memeluknya.

Untuk beberapa saat lamanya mereka berpelukan.


“Lintang…”


“Kenapa?” tanya Lintang.


“Kamu belum jawab pertanyaanku tadi.  Kamu mau jadi pacarku?”

Lintang tersenyum dan melepaskan pelukannya.  Dipandanginya wajah Rian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun