Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #9: Kiss Me

23 Mei 2014   14:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:12 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1400659289659063039

Cerita Sebelumnya :

Niko berhasil menemui Lintang di Yogyakarta namun gadis itu sama sekali tidak mau bicara dengannya - bahkan mengusirnya.  Sementara itu di Jakarta, Rin menjenguk dan menemani Rian yang sedang kena demam berdarah.  Bagaimana jadinya kisah cinta segitiga antara Lintang, Rian, dan Rin?

CHAPTER 9


“Hari ini kamu nggak kuliah lagi?”


Sudah tiga hari ini Rin selalu datang menemani Rian yang masih dirawat di rumah sakit.  Gadis itu datang pagi-pagi dan baru pulang malam hari ketika kedua orangtua Rian pulang kerja, bahkan ia kadang sampai tertidur di sisi tempat tidur Rian dirawat.


“Bisa dibilang seperti itu,” gadis berambut pendek itu menjawab singkat sembari menyiapkan obat yang harus diminum oleh Rian.


“Kamu nggak perlu sampe segininya, Rin,” ujar Rian, “Aku udah nggak apa-apa kok.Emang sih masih agak lemes, tapi kondisiku sudah jauh lebih baik.”


Rin memandang pemuda itu dan tersenyum.  Manis.


“Nggak apa kok.Lagipula anggap aja aku sekarang lagi nebus kesalahanku yang waktu itu…”


“Kesalahan?Kesalahan yang mana?” Rian kebingungan.


Dari pemutar MP3 milik Rian sayup terdengar chorus lagu “Kiss Me” yang dibawakan oleh Sixpence None The Richer - grup band asal Texas, Amerika.


Oh, kiss me beneath the milky twilight


Lead me out on the moonlit floor


Lift your open hand


Strike up the band and make the fireflies dance


Silver moon's sparkling


So kiss me…


Mereka saling pandang.


Sudah lama aku nggak memandang wajahnya seperti ini, pikir Rian.


Dia sekarang kelihatan lebih dewasa, apa karena sudah kuliah?Atau karena baju casual yang dikenakannya?

Kiss me down by the broken tree house

Swing me upon its hanging tire…


Rian teringat masa ketika dia sangat menyukai Rin, gadis yang saat ini ada di hadapannya.  Masa ketika dia hanya berani mencuri pandang dari jendela perpustakaan saat gadis itu berlatih bulutangkis.  Mengingat hal tersebut, tanpa sadar Rian tersenyum dan membuat gadis yang pernah menjadi kakak kelasnya itu menunduk serta tersipu.


“Kamu mungkin lupa kalo aku pernah salah sama kamu waktu aku ngebatalin janji ketemuan kita…” ujar Rin. [1]


Rian menghela nafas.


“Rin, dari dulu aku nggak pernah menganggap itu sebagai kesalahanmu.  Lagian kejadian itu rasanya sudah lama sekali.”


“Tapi aku merasa sangat bersalah padamu...”


Rin menggenggam tangan Rian.

So kiss me…


Dalam sekejap pemuda itu merasa ada getaran lembut yang mengalir dari tangan Rin, getaran yang pernah dirasakannya saat dia bersama Lintang.


Aku masih menyukaimu, Rian.


Rian memandang Rin.

Rasa yang dulu pernah ada di hatinya perlahan tumbuh kembali.  Perhatian yang diberikan Rin selama dirinya dirawat membuat ia kembali merasakan perasaan yang sama seperti dulu saat dia masih menyukai kakak kelasnya ini.

Rin masih menggenggam tangan Rian,


“Rian…” ujarnya, “Kamu besok sudah boleh pulang ‘kan?”


“Kata dokter dan perawat, ya.  Besok aku boleh pulang,” jawab Rian


“Sayang sekali besok aku ada mata kuliah yang nggak bisa ditinggalkan,” keluh Rin, “Jadi aku besok nggak bisa nemenin kamu pulang.”


“Nggak apa-apa.Kamu nemenin aku selama di sini juga sudah cukup bikin kondisiku cepet pulih.  Makasih…”


Sinar matahari sore itu menyeruak masuk ke ruang perawatan.  Lembut dan menghanyutkan.  Kedua remaja ini sekarang terdiam dan saling memandang, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.

So kiss me…


(Catatan Penulis : saat menulis bagian ini, saya mencoba menyesuaikan beat lagu dengan dialog antara Rian dan Rin.  Jadi, jika pembaca 'kebetulan' bisa membaca dengan kecepatan yang pas, syair lagu di atas bakal tepat masuknya, mulai dari chorus ya.  Untuk memperkuat suasana, mungkin lebih baik volume lagu ini dikecilkan seolah-olah berasal dari pemutar MP3.  Berminat mencoba?)

* * *

Lintang berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit.

Setelah mendapat laporan adanya insiden antara Lintang dan Niko beberapa hari lalu, akhirnya ayah Lintang mengizinkan gadis tersebut kembali ke Jakarta lebih cepat.  Dan begitu tiba di bandara, Lintang segera menghubungi Aksa untuk mencari tahu di mana Rian dirawat.

Sekarang Lintang sudah tiba di rumah sakit, menuju kamar Rian.


Rian!Aku mencemaskanmu.Maaf aku baru bisa jenguk kamu sekarang.


Meski tadi Aksa sudah mengatakan agar Lintang tak perlu cemas karena keadaan Rian baik-baik saja, gadis itu masih merasa tidak tenang.  Terlebih lagi, saat ini Lintang menyadari bahwa dia tidak bisa melawan perasaannya terhadap Rian.


Aku sekarang sadar bahwa aku masih mencintainya!  Aku nggak bisa melawan perasaan ini  Aku harus menemuinya dan mengatakan bahwa aku masih mencintainya…


Rian!


Ruangan demi ruangan dilewatinya, hanya satu tujuannya…


Kamar 139, kamar 139.


Itu dia!


Setelah melewati beberapa ruangan, saat ini Lintang sudah di depan pintu kamar Rian dirawat.  Gadis itu sejenak mengatur nafasnya yang memburu karena berjalan tergesa-gesa tadi.


Rian, aku mencintaimu…


Lintang kemudian maju selangkah, bermaksud membuka pintu kamar.

Namun tepat saat tangannya menyentuh gagang pintu, ia melihat sesuatu melalui jendela kecil yang ada di pintu tersebut.

Lintang terperanjat.

Untuk sesaat dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Kemudian perlahan Lintang mundur, menjauh dari pintu dan membatalkan niatnya menemui Rian.


Rian, kamu memang lebih baik bersama kak Rin.


Lintang berjalan gontai, hatinya terasa hampa.


Apa seperti ini sakitnya perasaan yang tak tersampaikan?


Tapi bukankah memang seperti ini seharusnya sejak dulu?Dia menyukai kak Rin dan aku seharusnya membantu Rian menyampaikan perasaannya – bukan malah memberikan hatiku padanya…


Lewat jendela kecil tadi dia melihat Rin mencium Rian.

(Bersambung)


Tanpa sengaja, Lintang melihat Rin mencium Rian di saat Lintang memutuskan untuk kembali pada Rian.  Apa yang akan dilakukan Lintang?  Sementara itu, bagaimana nantinya hubungan Rin dan Rian?  Apa mereka akan menjadi sepasang kekasih?  Di chapter berikutnya, Rian yang dilanda kegundahan akhirnya menyatakan perasaannya...

“Kisah Dua Hati” terbit tiga kali dalam seminggu, Senin, Rabu, dan Jumat…

Kisah Dua Hati #10 : Aku Mencintaimu |   Kisah Dua Hati #1 : Straight Set!


[1] Cerita soal ini ada di "Kejarlah Cinta" chapter 7

Sumber gambar : animazkatsu.blogspot.com

Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun