Kedua sahabat itu – Aksa dan Rian - masuk gerbang sekolah bersama-sama.
“Nggak berasa sebentar lagi kita Ujian Akhir Semester,” Aksa membuka percakapan.
“Begitulah. Dan nggak kerasa juga sekarang kita sudah kelas III. Setaun rasanya cepet banget,” timpal Rian.
“Bener. Eh ngomong-ngomong kamu masih inget ‘kan waktu kita refreshing ke Anyer tahun kemarin?” [1]
Rian mengangguk.
Aksa melanjutkan ucapannya,
“Gimana kalo kita jalan-jalan lagi kaya’ kemarin? Tapi tahun ini di Jakarta aja.Dufan?”
“Dufan ya?” Rian berpikir sejenak, “Boleh. Semua ‘kan terserah bos yang traktir,” ujarnya kemudian sambil menyikut Aksa.
Kedua sahabat ini tertawa.
“Nah, so…” ucap Aksa, “Kamu pasti ngajak Lintang’kan? Moga-moga habis jalan-jalan nanti kalian bisa nyambung lagi.”
“Thanks, Ca. Tapi aku sekarang sudah punya pacar lagi,” tukas Rian.
“Ha?” Aksa terkejut dan menghentikan langkahnya, “Beneran?”
Rian mengangguk dengan mantap.
“Thumbs up!” seru Aksa, “Tunggu, tunggu, let me guess. Hm… Rin? Kamu jadian sama dia ‘kan?”
“Yup!”
“Hahaha, The Amazing Rian!” Aksa menepuk punggung Rian, “Lepas dari Lintang, kamu dapet Rin. Dua-duanya cewek high quality. Hebat kamu! Aku bangga jadi sahabatmu, bro!”
“Ssst!Iya, udah cukup ngomongnya,” tukas Rian, “Sekarang balik lagi ke rencana jalan-jalan tadi. Jadi nggak?”
“Pastinya!” seru Aksa, “Tahun kemarin kamu jalan dalam kondisi patah hati karena dikecewakan Rin. Siapa yang nyangka tahun ini kamu jadian sama dia. Ajak aja dia biar jalan-jalannya makin seru!”
Rian bengong.
“Bro? Kok bengong?” tegur Aksa.
“Itu...” kata Rian, “Pesertanya yang udah jelas berarti kamu, aku, Lintang, sama Rin? Nggak salah tuh?”
“Salah di mananya?” tanya Aksa kalem.
“Yang bener aja! Apa jadinya nanti kalo Lintang tau aku pacaran sama Rin?”
“Ya Lintang jangan sampe tau kalo kamu pacaran sama Rin…” dengan santainya Aksa menjawab.
“Mana mungkin?!” Rian kesal.
“Ya sementara kamu pura-pura nggak ada apa-apa sama Rin dong.”
“Terus kalo ada apa-apa antara aku sama Lintang gimana?!”
“Wah ya itu masalahmu bro,” Aksa tertawa.
“Apa Lintang nggak usah ikut aja?” tanya Rian.
“Tega bener kamu…”
Saat mereka sedang membicarakan acara jalan-jalan, dari kejauhan terlihat Lintang berdiri di depan ruang kelas.
Aksa merangkul Rian,
“Tuh liat, masa’ kamu tega nggak ngajak dia?”
Saat itu Lintang terlihat murung.
Aksa melanjutkan ucapannya,
“Pokoknya di acara jalan-jalan nanti - kamu, Lintang, sama Rin harus ikut. Titik.”
Keringat dingin mengucur dari tubuh Rian.
Aku harus gimana?