Padahal apa susahnya jalan dari sini ke sana?Apa cewek memang serumit ini?
“Eee… gimana kalo kamu tutupin bajumu yang basah itu pake tasmu?Kamu bawa tas ‘kan?” usul Rian.
“Oh, iya!” Lintang memekik kegirangan, “Kenapa aku nggak kepikiran dari tadi?”
Lintang menarik tangan Rian,
“Yuk!Kamu nunggu di dekat toilet ya!"
* * *
Rin sekejap memandang Tama, kemudian membuang muka.Dia sama sekali tak menduga akan menemukan penyesalan dan ketulusan dari perkataan Tama barusan.
“Kenapa kamu ngomong seperti itu?” tanyanya.Nada suaranya sudah tidak setajam tadi.
“Aya, aku benar-benar menyesali perbuatanku yang menyakitimu waktu itu.Kumohon, beri aku satu kesempatan lagi.Aku janji aku akan berubah,” Tama mengiba.
Rin terdiam.
“Aya…”
“Tama. Sudah cukup.”
Rin bangkit dari kursinya.
“Penyesalan memang selalu datang terlambat.Dan kali ini kamu sudah terlambat.Sangat terlambat.”
Rin berjalan melewati Tama.
“Maaf, Tama.Tapi kisah kita sudah ditutup.Saat ini aku sudah sama orang lain.Bye…”
“Aya…” hanya itu yang bisa diucapkan Tama – lirih.
* * *
“Rian, nunggunya nggak lama ‘kan?”
Saat ini Lintang sudah berganti pakaian – t-shirt yang dipadu celana selutut.
“Tapi ini berarti kita sudah nggak bisa naik arung jeram.Ntar kalo bajuku basah lagi, aku gimana dong,” ujarnya.
“Yawdah, kalo gitu sekarang kita cerita-cerita aja sambil nunggu yang lain,” jawab Rian.
Kedua remaja itu kemudian berjalan-jalan di kompleks Dufan sambil sesekali berfoto.
“Nah Lintang, apa kabar?” Rian membuka percakapan.
“Haha, basi banget tau,” Lintang tertawa, “Tapi, akhir-akhir ini aku memang nggak banyak ngobrol sama kamu.”
Sambil berjalan dan berfoto, mereka bertukar cerita.Namun sebenarnya Lintang yang lebih banyak bercerita, sementara Rian hanya mendengarkan.
“Terus… kamu tau, Rian?Beberapa hari lalu Niko ngasih nomer handphonenya ke tanteku.”
“Oh?Terus?” Rian merasa tidak nyaman.
“Sebenarnya mau aku buang, tapi tanteku ngelarang.Katanya nomer itu suatu saat bisa berguna kalo aku sudah memutuskan untuk berani menghadapi masa laluku.”
“Jadi, kamu sekarang punya nomer handphonenya?”
“Terpaksa, Rian.Tapi menurutku pendapat tante bener juga.”
Dan entah kenapa, Rian merasa cemburu.