Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Dua Hati #23: Cerita di Private Room Part II

25 Juni 2014   14:11 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:04 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14036545251784482007


“Andre, siapa mereka?  Dan kenapa Lintang jadi seperti itu?”

Bukk!

Alih-alih mendapat jawaban, satu pukulan keras dari seseorang yang tidak dikenalnya mendarat di perut Niko.  Ia terhuyung.

Belum sempat Niko sadar apa yang terjadi, ia mendapat lagi satu tendangan keras.

Niko terjatuh.  Meski dia ikut klub tinju, serangan mendadak tersebut sama sekali tidak diduganya.  Sebelum dia sempat bangkit, dua orang yang lain segera meringkusnya dan membawanya ke hadapan Andre.


“Kenapa?!” teriak Niko pada Andre.  Dia tidak bisa bergerak karena pegangan kedua orang itu terlalu kuat untuknya.


“Jangan salahkan aku, dab.  Dia yang punya rencana,” sahut Andre dingin sambil menoleh ke arah seseorang.

* * *


“Belakangan aku tau kalo orang itu adalah seorang preman yang sering nongkrong di tempat kami biasa balapan,” ujar Niko, “Dan Andre punya utang padanya.”

Lintang terdiam mendengar cerita Niko.  Dalam hati kecilnya ada sedikit perasaan bimbang.


Apa dia tidak seperti dugaanku selama ini?


Tapi bagaimanapun juga dia penyebab semua kejadian itu…


“Teruskan ceritamu,” ujar Lintang.

Niko tampak ragu.


“Lintang.  Apa yang akan aku ceritakan ini adalah bagian terburuk dari peristiwa itu dan melibatkan dirimu.  Apa kamu yakin?”


“Aku nggak tau dan nggak yakin,” balas Lintang, “Karena itu aku mencoba untuk mendengar kebenarannya dari kamu.”

Niko menghela nafas.  Berat.


“Baiklah…”

* * *


“Apa yang kamu mau?!” bentak Niko.

Saat ini dirinya dalam keadaan terikat di kursi sementara Lintang yang dalam keadaan mabuk sudah dibaringkan di lantai dengan alas seadanya.

Satu dari tiga orang yang tidak dikenalnya itu menoleh dan menyeringai pada Niko.  Dia dikenal sebagai Keling.


Preman.


“Yang pasti uang!  Orangtuamu kaya, uangnya pasti banyak.”


“Aku bisa memenuhinya!” teriak Niko, “Berapa yang kamu mau?!”


“Ck ck ck,” Keling tersenyum mengejek.

Saat ini Lintang sudah dalam rangkulannya.


“Ya, aku butuh uang, tapi aku nggak bodoh.  Bocah kaya, kalo aku ngerampok kamu, uang yang aku dapat hanya sebatas yang sedang kamu bawa.  Kalo aku nyulik kamu, aku bisa dapat uang lebih besar, tapi cuma sekali itu aja.”

Tampak Keling mulai menciumi gadis mabuk yang sedang dirangkulnya itu.  Dan Niko memejamkan mata melihat apa yang Keling lakukan pada Lintang.


Lintang, aku sungguh minta maaf!  Aku tak menduga hal seperti ini akan terjadi.


“Tapi jika aku memerasmu,” lanjut Keling, “Aku bisa terus dapet uang sepanjang hidupku, apalagi aku tau pacarmu ini anak orang kaya juga.  Aku akan memeras kalian berdua!”

Keling tertawa dan diikuti semua orang yang ada di ruangan itu.


“Hei, Andre!  Sekarang rekam semuanya!” perintahnya pada Andre.


“Oke, bang,” sahut Andre yang segera mengaktifkan kamera pada ponselnya.


“Hei, bocah kaya.  Sekarang aku akan bersenang-senang dengan pacarmu.  Kamu tenang aja, nanti kamu juga bakal dapet giliran untuk bersenang-senang dengannya – tentunya setelah kami semua puas!  Habis itu, video ini bakal jadi ladang uangku untuk memeras kalian!”

Dan tawa yang memuakkan membahana di gudang tua tersebut.

Niko menangis.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun