Hubungan antara Rian dan Lintang memang sudah berakhir dan pemuda berkacamata tersebut sekarang berpacaran dengan Rin, kakak kelas yang sejak kelas X disukainya. Akan tetapi Rian dan Lintang tidak bisa mengingkari perasaan masing-masing bahwa di dalam hati mereka masih ada cinta. Bagaimana kisah cinta segitiga Rin - Rian - Lintang?
CHAPTER 26
Siang itu Rian, Rin, Aksa, dan Lintang berkumpul di sebuah rumah makan lesehan.
“Siapa tau setelah ini kita nggak bisa ketemuan lagi dan sibuk dengan urusan masing-masing,” ujar Aksa.
“Ya,” timpal Lintang, “Yang jelas kita bakal beda kampus.Dan seperti kata Aksa, kita bakal sibuk dengan urusan masing-masing.”
“Jangan ngomong gitu ah,” tukas Rian, “Kesannya kok gimana gitu.”
“Aku nggak bermaksud nakut-nakuti,” sahut Rin, “Tapi memang itu yang aku alami.Kalian tau sahabatku Putri ‘kan?Dia sekarang kuliah di Bandung, dan yah kami jarang bisa ngobrol…”
Percakapan mereka berempat sejenak terputus saat pramusaji mengantar makanan; satu bakul kecil nasi yang cukup untuk empat orang ditambah cah kangkung, sayur asem, delapan potong tempe dan tahu, serta sambal.Sungguh menu yang menggugah selera.
“Jadi, apa rencanamu setelah lulus nanti, Ca?” tanya Rian sembari menikmati makanannya.
“Sementara ini aku mo fokus di toko online yang dari SMP aku jalankan,” jawab Aksa, “Kalo nanti duitnya cukup buat kuliah ya aku mo kuliah pake uangku sendiri.Cukup sudah 18 tahun Ibu membiayaiku sekolah, sekarang saatnya aku mencoba mandiri.”
Mendengar jawaban Aksa, semua tertegun dan memandangnya.
“Keren!Kamu memang hebat, Ca.Sementara aku masih… ya ginilah…” ujar Rian.
Aksa tertawa,
“Hei, hei.Santai aja, bro.Kamu juga bisa kalo mau.Jual aja jasamu di internet, kamu ‘kan jago IT.Kalo aku… yah kamu tau lah gimana masa kecilku…”
Rian mengangguk.
“Kalo kamu, Rian?” tanya Lintang, “Apa rencanamu nanti?”
“Seperti yang aku bilang kemarin,” jawab Rian, “Kemungkinan besar aku ambil kuliah jurusan IT, tapi masih bingung antara Pemrograman atau Jaringan, dua-duanya menarik.Jadi, aku juga masih belum pasti mo kuliah di mana…”
“Aku sih udah bilang ke dia kalo di kampusku ada jurusan yang mungkin cocok sama minatnya,” timpal Rin.
Aku ingin bisa satu kampus sama Rian.
“Ya sih.Tapi itu aku pikirin nanti aja, toh kita masih punya cukup waktu ‘kan?” balas Rian, “Nah kamu sendiri gimana, Lintang?Udah nentuin mo kuliah di mana?Jurusan psikologi ‘kan?”
“Bisa dibilang ‘ya’,” sahut Lintang, “Aku sudah cari informasi universitas mana yang fakultas psikologinya termasuk paling baik di Indonesia.Tadinya aku punya dua pilihan; mo kuliah di Jakarta atau di Jogja.”
“Lalu?” tanya Rian.
“Kemungkinan aku bakal kuliah di Jogja…”
Deg!
Rian berusaha menyembunyikan keterkejutannya saat mendengar Lintang akan kuliah di Yogyakarta.
Dia mau kuliah di Jogja.
Jadi, sudah jelas kita nggak akan ketemu lagi.Mungkin selamanya.
“Jadi…” lanjut Lintang, “Mungkin kita nggak akan ketemu lagi, Aksa, Rian, kak Rin…”
Untuk sesaat, tak ada satupun yang bicara.
Meski coba disembunyikan, Aksa menangkap adanya rasa kecewa pada diri Rian.Dan pemuda flamboyan ini tahu bahwa dia harus berbuat sesuatu.
“Ah kamu itu Lin, jarak Jakarta – Jogja cuma 12-14 jam kalo pake mobil.Kalo pake kereta atau pesawat ya bisa lebih cepet lagi.Kebetulan aku sering nemenin ibuku ke Jogja, so don’t worry lah, kita masih bisa ketemu sesekali.”
Semoga Rin nggak tau kalo Rian kecewa sama Lintang tadi, pikir Aksa.
“Tuh denger kata Aksa,” ujar Rin sembari bangkit dari duduknya, “Kalian tiga sahabat ini masih bisa ketemuan kok.Eh, aku tinggal sebentar ya, aku mo cuci tangan.”
Gawat! batin Aksa.
Rin tau!
Rian, kamu memang nggak jago menyembunyikan perasaan.Semoga setelah ini nggak ada hal buruk antara kalian berdua.
* * *
Rian dan Rin berjalan bersama, mereka sudah berpisah dengan Aksa dan Lintang.
Jadi Lintang nanti kuliah di Jogja, batin Rian.
Tapi kenapa aku merasa kecewa?
Rian mendesah.Pelan.
Aku memang masih mencintainya.Meski aku sudah berusaha melupakannya dan memberikan sepenuh hatiku pada Rin, aku masih nggak bisa.
Rin, maafkan aku.Aku sudah memilikimu tapi aku juga nggak mau kehilangan Lintang.
Saat ini Rian merasa bimbang.