Masalah antara Lintang dengan Niko sudah selesai, gadis itu kini memandang lurus ke depan untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang psikolog. Untuk itu, Lintang memutuskan untuk kuliah di kota kelahirannya, Yogyakarta, namun keputusan Lintang tersebut membuat Rian dalam hatinya merasa kecewa. Dan kekecewaan itu tergambar jelas di wajahnya sehingga Rin - pacar Rian - merasa sakit dan menggantung hubungan mereka. Hubungan Rian dan Rin sedang berada di ujung tanduk!
CHAPTER 27
Bandara Internasional Sukarno-Hatta, Banten, jam 09.45.
Lintang memandang satu-persatu orang-orang yang mengantar keberangkatannya ke Yogyakarta. Masih ada waktu sebelum counter check-in dibuka.
Hari ini aku meninggalkan Jakarta.
Gadis itu menghela nafas.
Dan mungkin nggak akan kembali ke sini.
Lintang menghampiri tante Ani dan mencium tangannya dengan takzim,
“Tante, terimakasih banyak sudah mau menerima Lintang. Banyak yang bisa Lintang pelajari selama tinggal dengan tante. Maaf kalau Lintang ada salah selama tinggal di rumah tante, sekali lagi terimakasih…”
Tante Ani mencium kedua pipi dan kening Lintang, kemudian memeluknya.
“Sama-sama, Nduk. Kamu sudah tante anggap anak sendiri. Tante seneng kamu akhirnya sudah tumbuh dewasa dan lebih kuat. Keberanian kamu untuk kuliah dan pulang ke Jogja sudah menunjukkan hal itu. Kamu sudah siap menghadapi masalah yang muncul, kamu sudah nggak lagi melarikan diri. Tante bangga sama kamu."
Tante Ani melepas pelukannya dan memandang keponakannya tersebut sambil tersenyum,
"Tapi kalo kamu nanti berubah pikiran, kamu bisa kembali ke rumah tante. Nanti titip salam buat Romo sama Ibu ya…”
Lintang mengangguk.
Setelah berpamitan dengan pengantar yang lain, Lintang menghampiri Aksa dan menyalaminya.
“Aksa, terimakasih untuk persahabatan kita selama dua tahun ini.”
Pemuda itu membalas uluran tangan Lintang sambil tersenyum.
“Kita tetap sahabat. Selamanya.”
Lama mereka berjabat tangan. Dan secara bersamaan mereka mengucap kalimat yang sama,
“Sayang Rian nggak di sini…”
* * *
Rian duduk berhadapan dengan Rin di kamar kos gadis tersebut. Rin memang sesekali pulang ke kos, biasanya apabila sudah terlalu lelah untuk pulang ke rumah atau ketika esok harinya ada jadwal kuliah pagi.
“Rian, terimakasih sudah mau menemuiku,” Rin membuka percakapan.
“Rin, aku lega kamu nelpon setelah berminggu-minggu,” balas Rian.
Aku benar-benar nggak tega menyakitimu, Rin.
“Rian,” panggil Rin, “Apa kamu inget kapan kita jadian?”
“Aku selalu ingat,” jawab Rian, “Waktu itu kita habis nonton film ‘The Pursuit of Love’, awalnya kamu menciumku dan bilang nggak berani berharap bisa jadi pacarku.”
Rian terdiam sejenak,