“Aku cuma ingin menyatakan perasaanku dan meminta maaf padanya atas kebodohan dan keegoisanku selama ini. Selama ini aku terkesan memberi harapan padanya, dan di sisi lain aku juga menyakiti Rin karena aku masih mencintai Lintang.”
Aksa terdiam memandang Rian yang masih bicara,
“Dengan kelakuanku itu, aku nggak bisa berharap Lintang mau menjadi pacarku meskipun jujur aja – aku masih sangat berharap padanya.”
Kali ini Aksa tersenyum.
“Begitu? Akhirnya kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan. Memang akan lebih baik seandainya kamu bisa katakan hal itu langsung padanya. But I can’t help you now, you’re late…”
“Aku tau, Ca...”
“Tapi berharaplah semoga keajaiban itu ada.”
Tepat pada saat itu ponsel Rian berbunyi.
Lintang?
(Bersambung)
Rian terlambat! Pesawat yang ditumpangi Lintang sudah berangkat. Saat ini hanya ada sahabatnya, Aksa yang menegaskan bahwa Rian sudah terlambat. Namun di luar itu Aksa juga mendorong Rian agar berharap adanya keajaiban. Apa maksudnya? Dan siapa yang saat ini menelepon Rian? Ikuti terus 2 chapter terakhir “Kisah Dua Hati”…
“Kisah Dua Hati” terbit dua kali dalam seminggu, Senin dan Rabu…
Kisah Dua Hati #29 : Aku Sangat Mencintainya. Dulu, Sekarang, dan Nanti... | Kisah Dua Hati #1 : Straight Set!
Sumber gambar : dokpri menggunakan Sony Alpha A330 dan diambil di salah satu sudut bandara Changi, Singapura
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H