Suara biola yang lirih menjadi semakin lirih dan akhirnya menghilang tergantikan suara peralatan medis penunjang hidup Tristan yang semakin lama semakin lemah dan jarang.
Hari ini tanggal 2 September 2014, sudah genap tigabelas hari Tristan terbaring koma di RS akibat kecelakaan lalulintas yang menimpanya saat ia bermaksud mengantar undangan pernikahan.
“Keadaannya tak kunjung membaik,” kata dokter yang merawatnya tiga hari lalu, “Maaf, tapi demi kebaikannya, kami sangat berharap Anda mengikhlaskannya.”
Mata Carissa tak lepas memandang Tristan yang masih terbaring koma.
“Sayangku. Suamiku. Tristanku...” bisiknya.
Digenggamnya tangan kanan Tristan, sementara Aisha tampak menggenggam tangan kiri Tristan dengan mata yang juga basah oleh air mata.
“Kak...” Aisha memanggil Tristan, “Selamat ya. Aku berbahagia untuk kalian berdua...”
Monitor ECG menunjukkan detak jantung Tristan yang semakin lemah dan jarang. Beberapa perawat dan dokter masuk ke ruangan tersebut.
“Nona…” kata salah seorang dari mereka.“Nyonya,” tegur Carissa.
“Maaf,” dokter tersebut mengoreksi ucapannya, “Nyonya, kami benar-benar mohon maaf. Tapi sekarang sudah waktunya.”
Carissa menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari Tristan,
“Lakukan saja, dok. Jika itu memang yang terbaik untuknya, saya rela. Tapi ijinkan saya tetap di sini mengantar kepergiannya.”
Hari ini tanggal 2 September 2014, di ruangan serba putih.
Catatan Penulis :
- ECG (Electro Cardio Graph), di Indonesia biasanya dinamakan EKG.
- Tulisan ini akan lebih terasa sambil mendengarkan komposisi klasik di bawah :