Mohon tunggu...
Ryan M.
Ryan M. Mohon Tunggu... Editor - Video Editor

Video Editor sejak tahun 1994, sedikit menguasai web design dan web programming. Michael Chrichton dan Eiji Yoshikawa adalah penulis favoritnya selain Dedy Suardi. Bukan fotografer meski agak senang memotret. Penganut Teori Relativitas ini memiliki banyak ide dan inspirasi berputar-putar di kepalanya, hanya saja jarang diungkapkan pada siapapun. Professional portfolio : http://youtube.com/user/ryanmintaraga/videos Blog : https://blog.ryanmintaraga.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ada Cinta #15 : Aku Nggak Marah ke Kamu, Tapi Kenapa Aku Menangis?

24 Oktober 2014   14:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:54 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414108882118999951

Cerita Sebelumnya :

Angga dan Nay melihat bintang bersama-sama, satu pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka berdua - sementara Ami merelakan perasaannya pada Angga yang tak tersampaikan.  Dan di momen tersebut, sepertinya Angga akan kembali menyatakan perasaannya pada Nay.  Benarkah?

CHAPTER 15

“Nay…,” panggil Angga.

Tiba-tiba wajah Nay terasa panas.Ia teringat SMS dari Ami tadi.

Jangan-jangan omongan Ami tadi bener?

Angga bakal nembak aku lagi?

Satu-dua hujan meteor masih melintasi langit, tapi saat ini baik Nay maupun Angga hanya terpaku pada sosok yang ada di hadapan mereka.

Keduanya saling menatap.Tanpa suara.

Jemari mereka saling bersentuhan

“Nay,” ulang Angga.

Nay merasa debaran jantungnya makin kencang.

“A… Angga,” hanya itu yang mampu diucapkannya.

Sesungguhnya saat itu Angga pun merasakan hal yang sama.

Aku deg-degan.

Ia merasa tangan Nay gemetar dalam genggamannya.

Tapi aku juga sama.

Pemuda ini mengumpulkan segenap kekuatannya, mencoba mengusir rasa canggung yang mendatanginya.Ia memejamkan mata sejenak dan menarik nafas dalam-dalam.

Sekarang atau nggak sama sekali!

Di saat bersamaan, Nay melihat apa yang Angga lakukan.

Dia akan mengatakannya!

Gadis ini tanpa sadar ikut menarik nafas dan memejamkan mata.

Degup jantung mereka sudah tidak lagi sekencang tadi.Keberanian dan keyakinan mereka telah kembali.

“Nay,” bisik Angga, “Aku suka kamu.”

Ia masih menggenggam jemari Nay.Gadis itu menunduk sejenak sebelum kembali mengangkat kepalanya, menatap dengan mata indahnya.

Kamu cantik, Nay.

“Angga...,” Nay berkata lirih, “Aku juga suka kamu.”

Aku sudah nggak bisa ngebohongi hatiku lagi.Aku memang suka sama kamu, Angga…

Tak terkatakan bagaimana rasa hati Angga mendengar jawaban Nay.

“Nay?Aku… aku nggak mimpi ‘kan?Ini berarti… kita resmi pacaran?”

Nay tersenyum dan mengangguk dengan wajah merona.

“Apa perlu aku cubit untuk tau kamu mimpi apa nggak?” tanyanya.

Keduanya tertawa kikuk, namun mereka masih saling berpegangan tangan.

“Eh, liat!” seru Nay tiba-tiba.

Satu meteor yang sangat terang tiba-tiba melintasi langit.

“Itu…?” gumam Nay.

“Sepertinya itu partikel meteor yang paling besar,” sahut Angga.

Tidak seperti kawan-kawannya, garis cahaya yang ini memiliki ekor panjang, terang, dan gerakannya agak lambat sehingga kemunculannya bisa cukup lama dinikmati.

“Bagus bangeeet,” gumam Nay lagi.

“Ya, yang satu ini memang keren,” balas Angga.

Kedua remaja ini memandang langit dengan masih berpegangan tangan.

Mendadak ponsel Nay berbunyi.Gadis ini melepaskan pegangannya dari tangan Angga dan menyambar ponselnya.

Telepon dari Ami.

“Halo, Ami?” sapanya

“Nay!” seru Ami dari ujung telepon, “Kamu liat yang tadi?”

“Meteor yang terang banget tadi?Ya, aku liat,” jawab Nay, “Keren!”

“Banget!” timpal Ami, “Eh, eh, jadi gimana tadi?”

“Gimana apanya?”

“Itu yang tadi SMS, bener nggak Angga nembak kamu tadi?”

“Itu…,” Nay tersipu, “…kamu bener…”

“Oyaaa?!” seru Ami, “Trus, trus, kamu terima?”

(Catatan penulis : Untuk adegan di bawah ini boleh juga dibaca sambil mendengarkan lagu "Don't Move" dari Davichi.  Selamat menikmati!)

Mendapat pertanyaan itu, Nay merapatkan telapak tangan ke ponselnya dan menjawab sambil berbisik,

“Aku baru jadian sama dia.Kamu yang pertama tau.”

Deg!

Meski sudah mempersiapkan diri, tak urung Ami merasa ada sedikit kekecewaan dan penyesalan dalam hatinya saat ini.

“Haa?!Beneran?!Congrats ya!Aku ikut seneng!”

Ami berusaha menjaga agar nada suaranya terdengar biasa meski separuh hatinya saat ini sedang diamuk badai.

“Thanks, Ami.Kamu memang sahabatku yang paling baik.”

“Haha, ya sudah.Aku tutup telponnya ya, aku nggak mau ganggu orang lagi pacaran hahaha…”

Keduanya tertawa berderai.

“Ami!Kamu ini!”

“Bye, Nay.Sampe ketemu hari Senin di sekolah.”

Klik!

Ami menutup teleponnya.

Mendadak sebutir air bening membasahi pipinya.

Airmata.

Aku… nangis?

Tapi kenapa?

Diusapnya airmata yang tak henti mengalir dari kedua matanya.

Aku nggak marah ke kamu atau ke Angga.

Aku juga sudah menerima kenyataan.

Kamu sahabat terbaikku, Nay.

Airmata Ami semakin deras membasahi pipinya.

Aku memang menyukai Angga

Tapi kamu lebih pantas buatnya…

Gadis itu kemudian membenamkan wajahnya, membebaskan semua sesak di dadanya untuk keluar.

Sementara itu, Nay berjingkat-jingkat menghampiri Angga yang sedari tadi diliatnya seperti sedang melamunkan sesuatu.

“Hei,” serunya seraya menepuk punggung Angga.

Angga menoleh dan tersenyum.Nay kemudian duduk di sebelah pemuda tersebut.

“Baru jadian kok udah ngelamun,” sapanya, “Pake senyum-senyum pula.”

“Ah, aku cuma nggak nyangka kita bisa pacaran sekarang,” ujar Angga, “Kita yang dulu teman masa kecil, apalagi kamu dulunya tomboy.Nggak nyangka aja.”

Deg!

Jantung Nay serasa berhenti mendengar kalimat Angga barusan.

Angga, kamu nggak ngerti.

Aku bukan teman masa kecilmu…

Mendadak Nay merasa gelisah.

(Bersambung)

Jadian!  Dua remaja ini akhirnya tak bisa membohongi perasaan masing-masing, dan di malam hujan bintang itu keduanya jadian, sementara di satu tempat ada seorang gadis yang harus merasakan perihnya rasa yang tak tersampaikan.  Di chapter berikutnya, ujian pertama untuk cinta mereka sudah menanti!  Bagaimana mereka menghadapinya?

“Ada Cinta”, terbit dua kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat…

Ada Cinta #16 : Kembali ke Jakarta   |   Ada Cinta #1 : Siapa gadis Itu?

Sumber gambar : japanator.com
Tulisan ini masuk kategori “Fiksi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun