“Lana, Lana. Buka dulu dong penutup lensanya.”
“Ah,” Nayla baru sadar, “Iya ini, aku lupa,” ujarnya tersipu.
Ia kembali menekan tombol perekaman dan merekam dirinya sendiri di depan kamera.
“Hai, sekarang kita dalam perjalanan menuju kotanya Rana. Rana katanya kangen pengen ketemu teman masa kecilnya.”
Usai bicara, Nayla kemudian mengarahkan kamera pada Nayra yang tersenyum-senyum,
“Nih dia si tomboy yang kangen sama seseorang,” katanya dengan gaya seorang reporter, “Tara Kissa Nayra, apa bener kamu yang minta perjalanan ini?”
“Apaan sih?” tepis Nayra masih tersenyum lebar.
“Jadi, siapa yang kamu kangeni sebenernya? Angga atau Novan?” cecar Nayla.
“No comment, okay? N-O-C-O-M-M-E-N-T. Titik. Nggak pake koma.” Nayra mengambil bantal dan ditutupkan ke mukanya.
Kamera kembali menyorot Nayla yang berbicara sendiri,
“Jadi begitulah pemirsa, Rana si tomboy ini yang kemarin mewek-mewek minta kita sekeluarga jalan ke kota masa kecilnya itu untuk nemuin pacarnya.”