Mohon tunggu...
Ryan Martin
Ryan Martin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Kedokteran Gigi

Berbagi Pengalaman, Perasaan, Pemikiran dan Kisah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sering Mengawali Pesan dengan Huruf "P", Sebaiknya Hilangi Kebiasaan Tersebut

2 Februari 2021   11:56 Diperbarui: 4 Februari 2021   02:30 6750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, perkenalkan saya Ryan. Saya adalah seorang generasi milenial yang cukup aktif menggunakan social media. Bicara sosmed, apakah Anda pernah mendapatkan pesan singkat seperti yang tertera pada cover artikel ini? 

Jika Anda pernah mengalaminya, bagaimana perasaan Anda ketika menerima pesan tersebut? Apakah Anda merasa marah? Bingung? Atau justru lucu? Apa sebenarnya arti huruf "P" ini dalam dunia percakapan maya? Mari kita bahas lebih jauh....

Pesan singkat yang terdiri atas satu huruf "P" ini merupakan suatu tren di kala handphone Blackberry masih berjaya. 

Huruf "P" umumnya digunakan dalam Blackberry Messenger untuk mengaktifkan perintah "PING", yang merupakan singkatan dari Packet Internet Gopher. 

Perintah ini bermanfaat untuk memeriksa kondisi jaringan kepada sesama pengguna Blackberry Messenger. Jika penerima dapat menerima perintah "PING", maka dapat disimpulkan bahwa kondisi jaringan di antara 2 device ini dapat berjalan dengan lancar. 

Umumnya, "PING" akan menimbulkan sensasi getar pada handphone penerima ketika dikirimkan. Unsur getar ini yang membuat "PING" kerap kali disalahgunakan oleh para pengguna. Mereka menggunakannya sebagai "nada dering" tersendiri untuk penerimanya, dengan mengirimkan perintah "PING" secara berkali-kali. 

Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai mengganti media chatting yang awalnya Blackberry Messenger menjadi beberapa social media lain, seperti WhatsApp, LINE, Facebook, Instagram dan lain sebagainya. Namun, budaya "P" ini masih belum hilang. Meskipun tidak dilengkapi dengan fitur getar ketika mengirimkan "P", tetap saja terdapat kesenangan pribadi ketika mengirimkannya. 

Huruf "P" sering menjadi tanda yang menunjukkan kegentingan. Umumnya, seseorang akan mengeluarkan tanda ini kepada sesama teman dekat, karena sangatlah tidak sopan untuk digunakan kepada orang yang belum dikenal. Meskipun demikian, ada saja kasus di mana seseorang menggunakan huruf "P" ini pada kondisi yang kurang tepat. 

Terdapat kisah dari seorang pelamar kerja yang menggunakan "huruf ajaib" ini untuk menghubungi sang HRD. Mungkin ia sedang sangat membutuhkan pekerjaan sehingga menggunakan huruf ajaib ini. Sudah dapat dipastikan bahwa pelamar kerja itu akan ditolak mentah-mentah dikarenakan attitude tersebut. Sikap menjadi hal yang penting dalam kehidupan. Tanpa attitude, sebaik apapun kemampun Anda, tentu anda akan ditolak. 

Penggunaan huruf "P" terkadang disalahartikan oleh beberapa orang sebagai pengganti salam. Sungguh tidak masuk akal. Sudah selayaknya bahwa salam diucapkan secara hormat dan dituliskan dengan benar, bukan menggunakan singkatan satu huruf. 

Namun jika kedua pihak, baik penerima dan pengirim telah terbiasa dengan hal ini, sepertinya tidak akan menjadi masalah yang besar. Namun tetap saja, penggunaannya kurang tepat. 

Budaya "P" menurut saya kurang baik untuk dipertahankan dalam interaksi virtual. Selain dapat menimbulkan "perpecahan" karena tidak semua orang senang diperlakukan seperti itu, penggunaannya juga kurang etis. 

Sebagian generasi milenial, menggunakan huruf "P" sebagai cara memanggil temannya melalui media chatting. Seharusnya, mereka dapat memanggil temannya dengan nama yang sesuai, dibandingkan menggunakan huruf "P". 

Menurut buku "How to Win Friends and Influence People" karya Dale Carnegie, menyatakan bahwa nama merupakan hal yang berharga dari seorang individu. 

Nama merupakan identitas dari seseorang, yang tidak dimiliki oleh siapapun yang lain dan membuat seorang individu unik. Manusia akan merasa senang dan dihargai bila dipanggil menggunakan namanya. 

Oleh sebab itu, mulailah hindari penggunaan huruf "P" sebagai kata ganti nama. Seperti pepatah yang mengatakan "perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan", begitu pula dalam bersikap walaupun melalui media virtual.

Saya yakin, setiap orang memiliki pandangannya tersendiri mengenai budaya "P" dalam interaksi virtual. Menurut saya, alangkah lebih baik jika budaya ini dapat mulai dikurangi, baik dalam konteks memberi salam, memanggil nama ataupun ungkapan kegentingan. 

Sebagai gantinya, Anda dapat memberi salam dengan menggunakan kata-kata yang tepat, memanggil orang lain dengan panggilan nama dan mengungkapkan suatu kegentingan dengan menelpon secara langsung. 

Saya yakin, dengan melakukan tindakan baik, dimulai dari hal kecil seperti chatting, akan membawa dampak yang baik pula kepada diri sendiri. Sesuai dengan konsep Karma dari ajaran Hindu dan Buddha, yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang diperbuat akan berbalik pada diri sendiri. 

Maka, marilah kita mulai menabung kebaikan "P", yakni Pahala, dimulai dari tata krama dalam berinteraksi di social media. Kurangi penggunaan budaya "P" yang buruk agar tidak diberi PHP oleh orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun