Hai, perkenalkan saya Ryan. Saya adalah seorang investor pemula yang mencoba menekuni dunia investasi sejak bulan Agustus tahun 2020.Â
Membahas mengenai tren 2021, saya yakin social media seperti TikTok-lah yang akan menjadi juara. Pangsa pasar yang sangat luas, menjadikannya digemari oleh banyak kalangan. Penggunanya antara lain pelajar, tenaga medis, pekerja kantor, dancer, para pengusaha, para pengajar dan bahkan kalangan animalia, khususnya genus felis dan canis.Â
Namun, saya ingin membicarakan sedikit mengenai investasi, yang menurut pandangan saya pribadi, dapat menjadi tren 2021 mengimbangi social media. Izinkan saya menyampaikan pengalaman saya mengenai investasi dan alasannya menjadi suatu tren di tahun 2021.
Investasi menurut saya merupakan suatu bentuk menabung yang next level. Layaknya menabung didalam celengan ayam berwarna merah dan terbuat dari tanah liat, namun ayam ini dapat menghasilkan telur yang dapat dijual kembali. Singkatnya adalah tabungan yang menghasilkan passive income. Investasi tersedia dalam berbagai macam bentuk.Â
Deposito adalah salah satu bentuk investasi yang sudah umum dikenal, bahkan sejak generasi X. Akan tetapi, sejak tahun 2020 (atau setidaknya, itu yang saya sendiri alami) bentuk investasi lain mulai menarik perhatian masyarakat. Ia adalah saham dan juga reksadana. Saham individual merupakan suatu surat tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Sedangkan reksadana adalah kumpulan dana yang akan dikelola oleh manager investasi untuk menghasilkan keuntungan.Â
Bentuk investasi sebenarnya tidak hanya itu saja. Tanah, emas, properti, toko kelontong, edukasi atau bahkan kucing anggora dan ternak ikan cupang pun termasuk dalam kategori investasi. Karena saya belum pernah memiliki kucing anggora ataupun ikan cupang, maka saya tidak akan membahas lebih jauh mengani hal itu.
Diantara semua bentuk investasi, yang menarik perhatian saya adalah saham. Memiliki perusahaan. Wow. Sungguh suatu aset yang tidak pernah terbayangkan bahwa dapat dilakukan (setidaknya oleh diri ini). Mungkin kalian sering mendengar nama-nama besar seperti bank BCA, bank Mandiri, Unilever, Indofood, Astra atau Emas Antam. Kalian dapat memiliki perusahaan tersebut. Ya, walaupun hanya 0,000000000000000001% dari total kepemilikan perusahaan. Namun, tetap saja. Jika anda membeli, anda menjadi bagian dari kepemilikan perusahaan itu.Â
Saham. Suatu surat kepemilikan perusahaan yang diperjualbelikan oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan dana. Alasan utama para perusahaan ini mengeluarkannya adalah uang. Dengan uang, perusahaan ini dapat memperluas sayapnya dan terbang lebih tinggi. Dan tentu saja, sebagai pemilik (jika sudah membeli saham itu), anda akan memperoleh keuntungan juga. Keuntungan dari saham ini sendiri didapati dari 2 hal, yakni capital gain dan dividen.Â
Capital gain merupakan nilai dari selembar saham itu sendiri. Jika anda membeli selembar saham seharga 1 Rupiah, dan setahun kemudian, selembar saham itu naik menjadi 101 Rupiah karena daya beli yang meningkat, maka capital gain yang anda dapatkan adalah 100%. Sedangkan dividen merupakan suatu imbal hasil yang diberikan suatu perusahaan kepada para pemilik perusahaan berdasarkan kinerjanya dan jumlah saham yang dimiliki individu. Jumlah saham minimal untuk dibeli adalah 100 lembar. Per 100 lembar saham ini, disebut sebagai lot.Â
Sehingga, jika seorang individu memiliki 5 lot saham perusahaan Z, dan dividen yang diberikan untuk setiap lembar saham perusahaan Z adalah 5 Rupiah, maka divident yang diterima oleh individu ini adalah 5 (jumlah lot) dikali 100 (1 lot adalah 100 lembar) dikali 5 (dividen yang diberikan perusahaan Z), sama dengan 2500 Rupiah. Kurang lebih, begitulah cara mendapat passive income dari saham ini.
Agustus tahun 2020 merupakan titik jenuh saya pribadi. Karantina selama 6 bulan, tanpa keluar rumah sama sekali, membuat saya merasa tertekan. Bahkan untuk membeli cilok pun, tidak dapat saya lakukan. Tidak melakukan apapun. Memang, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Bahkan jika "tidak melakukan apapun" terlalu banyak pun, juga tidak baik. Nasib seorang pengangguran.Â
Oleh sebab itu, saya mencoba melakukan hal baru, yakni dengan membeli perusahaan. Saya mempelajari mengenai saham dari berbagai media. Mulai dari Youtube, TikTok, Instagram, e-book, artikel dan lainnya. Sesuatu yang menarik untuk dicoba, khususnya dikala pandemi seperti sekarang.Â
Pertanyaan pertama saya setelah memahami dasar-dasar saham adalah : bagaimana cara kita berinvestasi saham? Dan bagaimana cara kita mengetahui bahwa suatu perusahaan layak untuk diinvestasikan? Setelah berkutat selama beberapa hari, akhirnya saya mendapat jawabannya. Seluruh saham yang dijual oleh perusahaan-perusahaan, dikelola oleh satu badan besar, yakni PT. Bursa Efek Indonesia (BEI).Â
Dulu, untuk membeli saham, setiap orang harus datang langsung ke PT itu, dan bertransaksi secara langsung. Lalu pulang, sembari membawa surat-surat saham. Memang, teknologi mempermudah segala hal.
Sekarang, semua itu dapat dilakukan melalui berbagai aplikasi. Aplikasi yang menjadi third party dari PT.BEI untuk memperjual-belikan saham disebut sebagai sekuritas. Saya pun akhirnya mencari sekuritas berdasarkan rekomendasi beberapa sumber. Setelah membuka rekening pada sekuritas itu, petualangan saham saya pun dimulai.Â
Dilema pun terjadi ketika saya harus menentukan perusahaan mana yang harus saya beli. Dengan dana yang minim, pilihan saham yang diperjualbelikan tetap banyak. Namun saya tidak yakin, karena tidak mengetahui perusahaan apa itu. Harga saham termurah adalah 50 Rupiah per lembar.Â
Akhirnya saya mencari informasi mengenai beberapa fundamental dari perusahaan yang saya kenal dan perusahaan dengan produk yang umum saya gunakan. Ini adalah salah satu contoh saya dalam memilih saham: Indomie seleraku. Dan saya yakin, 10 tahun sejak sekarang, Indomie akan tetap ada di muka bumi dan saya akan tetap menyukai produk ini.Â
Oleh sebab itu, saya membeli perusahaan Indomie. Kurang-lebih begitulah cara saya membeli perusahaan-perusahaan untuk diinvestasikan. Namanya juga pemula, maklum jika teknik yang digunakan masih sangat absurd.Â
Tentu saja, setiap pilihan, akan ada resiko dibaliknya. Begitu pula dengan investasi saham ini. High risk, high gain. Itulah prinsip saya dalam menjalani investasi. Segala sesuatu yang memberikan imbal hasil tinggi, tentunya memerlukan resiko yang tinggi pula. Saham termasuk ke dalam bentuk investasi dengan resiko tinggi. Oleh sebab itu, saya tidak kaget lagi, ketika perusahaan yang saya investasikan mengalami penurunan yang cukup drastis saat itu, dikarenakan isu PSBB.
Setiap orang pasti mengalami naik turun di dalam hidupnya. Begitu pula dengan perusahaan. Selama fundamental dari perusahaan yang saya pilih ini bagus, saya tidak terlalu khawatir. Naik turunnya harga saham tergantung pada supply dan demand di BEI. Selain itu, perlu diketahui juga bahwa saham ini sangatlah baperan. Sedikit saja isu baik, maka beberapa saham yang berkaitan dengan isu itu akan terbang harganya. Begitu pula sebaliknya.Â
Dalam dunia saham, dikenal istilah trader. Seorang individu yang melakukan pembelian saham di harga yang rendah dan menjualnya di harga yang tinggi untuk memperoleh keuntungan dalam jangka waktu pendek. Umumnya mereka menggunakan analisa teknikal, dengan memperhatikan grafik jual-beli saham tersebut.Â
Trading dan Investing menurut saya adalah hal yang berbeda. Dalam trading, kita memperhatikan kondisi pasar, sedangkan investing memperhatikan fundamental perusahaan. Jika kalian ingin mencoba mempelajari grafik jual-beli saham, saya merekomendasikan untuk menggunakan tradingview.com. Sedangkan untuk ilmunya, silahkan dipelajari di berbagai media, sebab sejujurnya saya kurang memahaminya juga.Â
Menurut saya, tidak ada yang salah, bila anda ingin menjadi seorang trader ataupun investor. Namun tentu saja, segala persiapan harus dimatangkan terlebih dahulu. Baik dari segi keuangan, income, money management, psikologis, ilmu dan kesiapan menghadapi resiko. Dan menurut saya, investasi tidak akan membuat anda kaya mendadak.Â
Berdasarkan pengalaman saya, keuntungan rata-rata terbesar adalah 20% dari modal awal. Itu pun dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun. Oleh sebab itu, jika kalian sering melihat orang-orang yang memamerkan keuntungannya dari bermain saham, jangan salah kaprah.Â
Bila mereka menunjukkan total keuntungan sebesar 20 miliar, saya yakin modal yang dikeluarkan adalah 5 hingga 7 kali lipatnya. Belum termasuk kondisi jatuh bangunnya. Oleh sebab itu, investasi hanyalah suatu jalan untuk membantu kita menuju tujuan finansial, bukan sebagai jalan utama. Jalan utamanya adalah tetap mencari cashflow yaitu dengan bekerja.Â
Investasi bisa menjadi tren 2021 dikarenakan banyaknya masyarakat, terutama anak-anak muda (termasuk saya), yang mulai melek finansial. Dan seperti yang kita ketahui, Indonesia telah memasuki fase bonus demografi, yang artinya jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan penduduk yang tidak produktif. Anak-anak muda senang dengan hal baru  yang mudah dan menghasilkan uang (atau setidaknya itu adalah saya). Oleh sebab itu, menurut saya investasi ini akan banyak digandrungi oleh mereka. Penting untuk mencari ilmu dari sumber yang benar.Â
Orang tua juga memegang peranan penting dalam mengedukasi anak-anaknya mengenai finansial. Sebab menurut saya, investasi dapat mempermudah keuangan kita di masa depan, terutama ketika kita telah pensiun. Pensiun dini dan menikmati hasil kerja keras merupakan cita-cita saya.Â
Saya harap melalui tulisan ini, teman-teman semua dapat sedikit memilki gambaran mengenai investasi. Namun, saya tidak memaksakan untuk berinvestasi secepatnya, sebab investasi adalah bentuk kesiapan. Selamat mencoba bagi yang sudah siap, dan semoga menginspirasi bagi yang sedang bersiap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI