Mohon tunggu...
Ryan F Wijaya
Ryan F Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Pemerhati Perkembangan Media Baru, Peneliti PUSAD UMSurabaya

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Add Yours Hanya Fitur, Pengguna yang Mengatur

30 November 2021   23:00 Diperbarui: 1 Desember 2021   13:22 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi beragam challenge Add Yours yang ramai di Instagram Stories.(KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto)

Instagram dalam hal ini memberikan 1 fitur pendukung aplikasinya dengan menambahkan Add yours sebagai penunjang penggunanya untuk bisa memulai satu tren atau tantangan baru dalam bentuk gambar atau video melalui stories Instagram, dengan tujuan agar dapat mengajak pengikutnya (followers).

Instgram (Ilustrasi: pixabay/neo5268)
Instgram (Ilustrasi: pixabay/neo5268)

Seperti yang dicontohkan Instragram dengan memulai berbagi inspirasi gaya #OOTD hingga tantangan untuk berbagi foto keseruan akhir pekan mereka. 

Dari penjelasan Instagram tersebut, maka pembuatan fitur Add Yours seharusnya tidak menimbulkan dampak negatif.

Namun beberapa waktu lalu seiring dengan banyaknya pengguna Instagram mulai mencoba fitur Add Yours ada juga yang memanfaatkannya ke hal yang negative, seperti yang diceritakan dalam akun Twitter Dita Moechtar (23/11/2021), bahwa temannya telah mendapat telepon dari orang tak dikenal untuk meminta transfer dan anehnya seorang tersebut mengetahui nama panggilan (pim) kecil temannya.

Peristiwa tersebut berawal dari temannya tersebut mengikuti tantangan dari Add Yours yang mengajak untuk menyebutkan nama panggilan apa saja yang disematkan kepada kalian, sehingga terjadilah seperti yang dijelaskan sebelunya.

Hingga trending di twitter kata Add Yours dan ternyata beberapa temuan warganet menunjukkan bahwa beberpa tantangan yang dimanfaatkan dari fitur Add Yours ini mulai dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dan membuat ajakan tantangan untuk membagikan perihal dokumen pribadi dari seseorang, seperti foto dengan KTP, berapa tanggal lahir kalian dan nama panggilanmu dengan demikian akan mudah oknum tersebut memanfaatkannya dan digunakan untuk hal negatif.

Kasus di atas membuat penulis menarik kesebuah teori Stuart Hall, yaitu encoding dan decoding, bahwa setiap pesan atau makna yang disampaikan merupakan rangkaian peristiwa sosial mentah di mana masih terdapat ideologi di dalamnya.

Menurut Hall, encoding dapat diartikan sebagai proses tahapan produksi, di mana realitas yang mentah, suatu peristiwa yang terjadi di lapangan, dikonstruksikan, serta dibingkai sedemikian rupa, dengan penggunan-penggunaan bahasa yang cenderung menggunakan bahasa dari ideologi kelompok dominan (dominant or preferred meanings).

Pembentukan pesan dalam tahapan produksi tersebut juga menganalisa dari bagaimana penerima yang akan menggunakan, bagaimana karakteristiknya, dan serta bagaimana bentuk pesan tersebut dikemas dengan menarik bagi penerimanya. Sehingga sangat jelas terlihat bahwa sebuah pesan diproduksi dengan melalui serangkaian proses yang tidak sederhana agar pesan tersebut menjadi sebuah wacana bermakna (meaningful discourse) yang dapat dipahami dan diterima sebagai suatu hal yang lazim.

Sedangkan decoding dijelaskan bahwa tahap ini audiens berusaha untuk dapat menerjemahkan dari tayangan untuk kemudian dimaknai (decoding). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun