Mohon tunggu...
RYAN FEBIANTO
RYAN FEBIANTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA

Saya mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jakarta Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menggali Rahasia Komunikasi antara Orangtua dan Anak

16 Januari 2024   22:44 Diperbarui: 16 Januari 2024   22:50 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kredibilitas orang tua sangat mempengaruhi perilaku anak-anak, terutama dalam konteks komunikasi dan penerapan aturan keluarga. Tingkat kredibilitas tergantung pada sejauh mana orang tua mematuhi nilai-nilai seperti kerja keras, disiplin, jujur, dan tanggung jawab dalam berkomunikasi. Konsistensi dan komitmen orang tua dalam menerapkan nilai-nilai ini menjadi kunci keberhasilan. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan orang tua dalam membimbing anak juga terkait erat dengan kredibilitas mereka. Kredibilitas, menurut Suhendi & Wahyu, mencakup kemampuan bersikap konsisten, tegas, dan bekerja sama, yang menjadi contoh bagi anak dalam membentuk kehidupan mereka. Komunikasi persuasif, yang berfokus pada perubahan sikap dan perilaku, juga dipandang sebagai upaya orang tua untuk memengaruhi anak. Dalam hal ini, sikap, kepercayaan, dan perilaku orang tua menjadi faktor utama. Anak-anak cenderung meniru perilaku baik atau buruk orang tua mereka, tergantung pada contoh yang diberikan. Jagaan kesehatan dan perilaku positif orang tua dapat membentuk kebiasaan baik pada anak-anak, sementara perilaku negatif juga dapat ditiru. Dalam menghadapi perilaku buruk, pendekatan yang lemah lembut dan dukungan saling mendukung antar anggota keluarga dianggap sebagai upaya yang efektif. Interaksi orang tua dianggap sebagai contoh bagi hubungan orang tua-anak, dan cara orang tua berinteraksi akan diingat anak saat menghadapi kesulitan. Pujian dan reputasi baik menjadi cara untuk memotivasi dan memberikan apresiasi kepada anak-anak agar mereka mengadopsi perilaku. (Ratnasari, 2007:346)

Pesan Verbal Dan Non Verbal

Pesan lisan dapat diidentifikasi melalui penggunaan "pesan aku" (I-Message), seperti "beginilah perasaanku" atau "ini adalah pendapatku". Selain itu, penyampaian pesan dapat melibatkan solusi yang menguntungkan semua pihak (win-win solution) dan menggunakan humor. Dalam menggunakan "pesan aku," disarankan bagi orang tua untuk terbuka mengenai dampak perilaku tertentu terhadap diri mereka. Contohnya, jika anak mengotori meja makan, seorang ibu dapat menyampaikan kekecewaannya dengan mengatakan bahwa dia harus membersihkan meja lagi setelah membersihkannya pagi tadi.

Pujian langsung diberikan ketika anak melaksanakan tugas yang diberikan oleh orang tua, menciptakan suasana yang menyenangkan dan memberikan apresiasi terhadap usaha anak. Pendapat Purnawan menunjukkan bahwa memberikan pujian dan reputasi positif membuat seseorang merasa dihargai dan cenderung melakukan tindakan yang mendapatkan pujian tersebut. Komunikasi seperti mengatakan, "Ibu tahu kamu memang anak yang baik," bisa menggerakkan hati nurani anak dan menciptakan hubungan yang positif antara orang tua dan anak.

Pentingnya empati dalam komunikasi diakui oleh Backrack, di mana empati diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami pengalaman orang lain dari perspektif mereka. Hal ini melibatkan merasakan dan menahan diri untuk tidak menilai atau mengkritik. Komunikasi efektif juga terjadi ketika suasana setara, di mana setiap pihak diakui memiliki nilai dan kontribusi yang berharga. Masing-masing pihak dihargai, menciptakan hubungan yang seimbang dan berkontribusi positif.

Jika orang tua menggunakan kata-kata negatif atau ancaman saat berkomunikasi dengan anak, dampaknya bisa signifikan. Contohnya, ketika anak mendapat nilai rendah, ucapan seperti "kamu bodoh" atau "anak nakal" dapat memengaruhi keyakinan diri anak. Menurut Gordon, psikolog klinis, kata-kata penolakan semacam itu membuat anak percaya pada label yang diberikan orang tua, dan cenderung bertindak sesuai dengan label tersebut. Selain itu, bahasa penolakan membuat anak menjadi tertutup dan enggan berbagi cerita, karena takut akan celaan dan kritikan.

Pentingnya keterbukaan anak terhadap orang tua diakui sebagai syarat interaksi harmonis dalam keluarga. Menurut DeVito, mengungkapkan perasaan secara terbuka mendorong dialog yang jujur dan positif di dalam keluarga. Hopson & Hopson juga menekankan bahwa orang tua sebaiknya menghindari membuka diskusi dengan pernyataan negatif, karena hal itu dapat membuat anak merasa tersudut dan memperuncing konfrontasi.

Sebagai alternatif, orang tua lebih efektif menggunakan pendekatan "Saya" dalam berkomunikasi, seperti mengungkapkan kekecewaan dengan pernyataan seperti "Saya kecewa karena kamu tidak memberi tahu bahwa kamu akan pulang terlambat." Dengan cara ini, orang tua mengakui perasaan mereka sendiri dan sekaligus menghargai perasaan anak.

Namun, jika orang tua memilih menggunakan kata-kata yang mengandung ancaman, perlu berhati-hati. Konsep fear arousing, yaitu usaha memengaruhi dengan menakut-nakuti, harus disampaikan dengan jelas mengenai konsekuensi yang akan terjadi. Ancaman sebaiknya realistis dan adil, dan orang tua harus siap menjalankannya agar efektif. Hindari memberikan ancaman yang tidak jelas atau dengan konsekuensi yang tidak pasti.

Mendengarkan Secara Aktif

Kemampuan mendengar merupakan aspek fundamental dari keterampilan dasar manusia. Hasil penelitian Rankin & Barker menunjukkan bahwa sebagian besar waktu manusia dihabiskan untuk mendengarkan (53%), sementara sisanya digunakan untuk membaca (17%), berbicara (16%), dan menulis (14%). Meskipun orang tua sering mendengarkan anak, tidak selalu membuat mereka menjadi pendengar yang efektif. Beberapa keluhan sering muncul, seperti kesulitan memahami pesan anak karena kekurangan kemampuan mendengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun