Dayeuhkolot, sebuah wilayah di selatan Kota Bandung, memiliki sejarah yang kaya dan peran penting dalam berbagai aspek, mulai dari geografi hingga perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang Dayeuhkolot.
Titik Terendah Danau Purba Bandung
Dayeuhkolot dikenal sebagai titik terendah dari danau purba yang pernah ada di wilayah Bandung. Ribuan tahun yang lalu, sekitar 125.000 tahun yang lalu, wilayah Bandung merupakan dasar sebuah danau besar yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik dari Gunung Sunda. Letusan gunung tersebut menciptakan sebuah cekungan besar yang kemudian terisi air, membentuk Danau Bandung Purba.
Seiring berjalannya waktu, danau ini mengalami proses sedimentasi dan pengeringan, tetapi Dayeuhkolot tetap menjadi salah satu wilayah dengan elevasi terendah di cekungan Bandung. Posisi geografis ini membuat Dayeuhkolot sering mengalami banjir, terutama saat musim hujan, karena air mudah menggenang di daerah yang lebih rendah.
Pusat Pemerintahan Bandung pada Masa Lalu
Tidak hanya terkenal karena kondisi geografinya, Dayeuhkolot juga memiliki sejarah penting dalam administrasi pemerintahan. Pada masa lalu, khususnya di awal abad ke-19, Dayeuhkolot pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. Pemindahan pusat pemerintahan ini terjadi karena faktor strategis dan keamanan.
Bupati R.A. Wiranatakusumah II memindahkan pusat pemerintahan dari Karapyak (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Bandung) ke Dayeuhkolot pada tahun 1810. Hal ini dilakukan karena Dayeuhkolot dinilai lebih strategis dan aman dari ancaman musuh. Pusat pemerintahan ini kemudian dipindahkan lagi ke tempat yang sekarang menjadi pusat Kota Bandung pada tahun 1829 oleh Bupati R.A. Wiranatakusumah IV.
Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan
Dayeuhkolot juga menjadi saksi bisu dari salah satu peristiwa heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 24 Maret 1946, seorang pejuang muda bernama Muhammad Toha melakukan aksi heroik dengan meledakkan gudang senjata milik Belanda di Dayeuhkolot.
Aksi ini dilakukan untuk menghancurkan persediaan senjata dan amunisi Belanda, serta melemahkan kekuatan militer mereka. Muhammad Toha dan rekan-rekannya berhasil menyusup ke gudang senjata tersebut dan meledakkannya, meskipun mereka harus mengorbankan nyawa mereka dalam proses tersebut. Peristiwa ini menjadi salah satu simbol keberanian dan pengorbanan dalam perjuangan merebut kemerdekaan dari penjajah.