Mohon tunggu...
Rian Diaz
Rian Diaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis banyak, membaca juga banyak

Pegiat teater dan menulis fiksi, pelajar etnografi dan pemerhati masalah-masalah bangsa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Rumah Seorang Pria Setelah Ditinggal Mati Istrinya

18 Juli 2023   16:00 Diperbarui: 26 Juli 2023   21:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar teras rumah diambil dari freepik

Di teras rumah ada dua kursi kayu dan satu meja kayu. Dua kursi kayu itu  disusun berdampingan menghadap ke utara dan dipisahkan oleh satu meja kayu  di tengah.

 Di meja ada taplak merah muda, satu asbak dari cangkang kerang dan  satu vas berisi bunga mawar plastik berwarna merah. 

Sebuah lampu hias tua berwarna merah kusam bertengger di dinding dekat pintu utama. Satu bola lampu di langit-langit rumah. Di sudut kanan rumah, ada labah-labah mulai menganyam sarangnya. Merah atau coklat warna cat rumah itu tidak bisa dipastikan.

Bunga-bunga hijau berderet-deret di teras seperti menyembunyikan rumah dari tatapan langsung  orang-orang yang saban hari melintas di jalan depan rumah itu. 

Lebih jauh, sedikit ke halaman, ada dua pohon mangga, satu pohon cermelek, satu pohon limau, rumput pancasila, ada juga beberapa rumput liar.

Dekat  pagar pembatas rumah tetangga ada tiang parabola, setumpuk batu hutan, batu bata, keramik pecah saling bertumpuk amat rapi. Ada juga pohon delima dan bunga-bunga hijau yang di dalam pot  yang banyak jumlahnya. 

Di bagian  kiri  halaman, ada setapak sepanjang dua meter  menuju teras yang tepinya ditanami bunga. Bedenga kecil dengan bunga mawar merah yang tidak teratur. Beberapa daun mangga dan sepasang sandal bertali biru berbaris tidak rapi berhadapan dengan pintu utama. 

Di meja tadi, seseorang baru saja menaruh segelas kopi dan kembali ke dalam rumah. 

Di  jalan segerombolan bocah  melintas sambil menendang-nendang bola, diikuti perempuan parubaya menenteng sebuah kantong hitam besar lalu seorang pengendara sepeda motor menyalip ibu itu. 

Tukang sol sepatu, dua anak remaja yang salah satunya memakai topi jalan beriringan, satu ekor ayam jantan tergesa-gesa dikejar oleh dua orang bocah, mungkin teman dari bocah-bocah tadi.

Orang tadi yang menaruh kopi kembali ke teras, kembali dan duduk di kursi dekat pintu utama, antara dia dan pintu, bergelantungan lampu merah kusam tadi. Orang itu  mengenakan  singlet dan kain lipah. 

Di samping gelas kopi, dia menaruh sebungkus rokok kemudian  menggeser vas bunga dan menarik maju asbak kerang untuk lebih dekat dengan kopi dan rokoknya. Dia mengambil sebatang rokok tapi segera menaruhnya lagi. Dia masuk kembali ke  rumah. 

Beberapa daun cermelek dan dua daun mangga gugur. Seorang anak melintas dengan sepeda. 

Lelaki itu kembali dan  duduk  di kursi yang sama. Dia mengambil lagi rokok tadi  membakarnya kemudian menyeruput  kopi di meja itu.

Di jalan sebuah sedan abu-abu melintas dan membunyikan klakson. Bocah bersepeda tadi lewat lagi di depan rumah itu. 

Asap rokok menggumpal dari mulut lelaki itu. Rokok yang dihisap tadi, diletakan di asbak dan kopi pun kembali dia seruput namun sedikit tersedak. 

Dia meletakkan kembali kopi lalu menyeka-nyeka pelan singletnya. Ia ambil lagi rokok, kemudian berkeliling di bunga-bunga itu. Matanya memperhatikan mereka dengan sungguh dengan sungguh. 

Dia menghampiri satu pot bunga di sudut berhadapan dengan pintu utama.Sembari menangkringkan rokok di bibirnya , Dia mencabut daun bunga yang mengering dan membuangnya di setapak, tempat tiga daun mangga dan sendal jepit tergeletak.

Seorang pria menyapanya dari jalan itu. 

Dia melangkah ke bunga asoka. Ia menyimak sebentar lalu kembali duduk di kursi yang tadi. 

Kopi dia seruput lagi, kali ini agak panjang.

Pedagang cilok melintas dengan sepeda motor depan rumah itu sambil mengerincingkan bel dan berhenti tepat di sudut rumahnya di jalan itu. 

Beberapa bocah dan tiga perempuan dewasa menghampiri  pedagang cilok.. 

Terdengar suara katrol dari sumur. Daun-daun cermelek gugur lagi tertiup sepoi angin. Dia menyeruput kopi sembari memadunya dengan tarikan asap rokok. Sungguh nikmat.

Di dahan mangga, ada dua burung pipit hinggap lalu terbang lagi.  Kupu-kupu kuning terbang di dekat bunga-bunga mawar. 

Seekor anjing belang  mendekati gerobak cilok. Salah satu dari tiga perempuan dewasa itu, sontak mengelus-elus pundak  anjing itu. Seseorang orang berteriak pada orang-orang yang mengelilingi gerobak itu. 

Pedagang cilok pun bergerak menghilang bersama beberapa bocah. Tiga perempuan berjalan pulang, anjing tadi turut di belakang mereka. 

Perempuan-perempuan itu mengucapkan selamat sore padanya. Sambil memegang segelas kopi, ia pun membalas sapa mereka. 

Dia seruput lagi kopi.  Sebatang rokok tadi selesai dia hisap.

Dia menatap cukup lama ke arah kursi kosong di sebelahnya di samping meja itu.

Terdengar suara ayam berkokok. Ada juga bunyi lonceng gereja sore hari. Dia pun bergegas, memakai sandal bertali biru  tadi dan pergi menuju parabola. 

Di dekat parabola itu, tepatnya di sebelah pohon limau ada keran air. Dia memainkan keran air. Dia melangkah ke pohon delima, mengecek buah-buah delima yang sudah dibungkus plastik.

Dia berjalan kembali ke teras. Dia menyeruput kopi sampai habis dengan  membelakangi jalan. Dia melangkah masuk rumah  sambil membawa gelas kopi yang sudah selesai dia minum. 

Segera setelah itu lampu teras menyala, lampu hias kusam tadi juga menyala.

Di halaman, beberapa kelopak mawar berguguran.

Begitulah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun