Orang tadi yang menaruh kopi kembali ke teras, kembali dan duduk di kursi dekat pintu utama, antara dia dan pintu, bergelantungan lampu merah kusam tadi. Orang itu  mengenakan  singlet dan kain lipah.Â
Di samping gelas kopi, dia menaruh sebungkus rokok kemudian  menggeser vas bunga dan menarik maju asbak kerang untuk lebih dekat dengan kopi dan rokoknya. Dia mengambil sebatang rokok tapi segera menaruhnya lagi. Dia masuk kembali ke  rumah.Â
Beberapa daun cermelek dan dua daun mangga gugur. Seorang anak melintas dengan sepeda.Â
Lelaki itu kembali dan  duduk  di kursi yang sama. Dia mengambil lagi rokok tadi  membakarnya kemudian menyeruput  kopi di meja itu.
Di jalan sebuah sedan abu-abu melintas dan membunyikan klakson. Bocah bersepeda tadi lewat lagi di depan rumah itu.Â
Asap rokok menggumpal dari mulut lelaki itu. Rokok yang dihisap tadi, diletakan di asbak dan kopi pun kembali dia seruput namun sedikit tersedak.Â
Dia meletakkan kembali kopi lalu menyeka-nyeka pelan singletnya. Ia ambil lagi rokok, kemudian berkeliling di bunga-bunga itu. Matanya memperhatikan mereka dengan sungguh dengan sungguh.Â
Dia menghampiri satu pot bunga di sudut berhadapan dengan pintu utama.Sembari menangkringkan rokok di bibirnya , Dia mencabut daun bunga yang mengering dan membuangnya di setapak, tempat tiga daun mangga dan sendal jepit tergeletak.
Seorang pria menyapanya dari jalan itu.Â
Dia melangkah ke bunga asoka. Ia menyimak sebentar lalu kembali duduk di kursi yang tadi.Â
Kopi dia seruput lagi, kali ini agak panjang.