Mohon tunggu...
Ryanda Rahman
Ryanda Rahman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Hanya orang biasa yang suka tidur namun bercita cita jadi presiden

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Inklusi Mengantarkan Senyum Bahagia Kepada Anak-Anak Kita

31 Oktober 2024   11:01 Diperbarui: 31 Oktober 2024   11:06 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dinsos.kulonprogokab.go.id

Holaa, 2 tahun sudah tidak menulis artikel lagi, vakum sementara karena beberapa kesibukan, saya harap temen temen semua masih sehat dan bahagia selalu yaa... Seperti dikatakan Baskara pada lagunya, Semoga sehat waras aman sentosa 

Di tengah perkembangan dunia pendidikan yang semakin maju, konsep pendidikan inklusi semakin mendapat perhatian. Pendidikan inklusi bukan sekadar kebijakan atau wacana, melainkan langkah konkret untuk menciptakan suasana belajar yang merangkul semua anak, tanpa memandang perbedaan fisik, mental, atau kemampuan akademik. Dengan mengedepankan inklusi, pendidikan dapat mengantarkan senyum bahagia kepada anak-anak kita yang mungkin selama ini merasa terkucilkan.

Apa Itu Pendidikan Inklusi?

Pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang menerima dan melibatkan semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Dalam sistem ini, anak-anak dengan disabilitas atau kebutuhan pendidikan khusus bersekolah bersama dengan anak-anak lainnya di kelas yang sama, sehingga mereka dapat berinteraksi, belajar, dan tumbuh bersama. Tujuan utama dari pendidikan inklusi adalah memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengembangkan potensi diri, belajar tanpa rasa diskriminasi, serta menumbuhkan rasa empati dan toleransi di kalangan siswa.

Dari Buku "PANDUAN PELAKSANAAN Pendidikan Inklusif " yang disusun oleh tim kemdikbudristek, Inklusi adalah sebuah pendekatan untuk membangun lingkungan yang terbuka untuk siapa saja dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda, meliputi: karakteristik, kondisi fisik, kepribadian, status, suku, budaya dan lain sebagainya. Pola pikir ini selanjutnya berkembang dengan proses masuknya konsep tersebut dalam kurikulum di satuan pendidikan sehingga pendidikan inklusif menjadi sebuah sistem layanan pendidikan yang memberi kesempatan bagi setiap peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang layak. 

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersamasama dengan peserta didik pada umumnya.

Tujuan pendidikan inklusif  

* Tujuan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; 

* Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

Model Pembelajaran Inklusi 

Pada pendidikan kurikulum harus disesuaikan dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus, menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) ada empat (4) model pengembangan kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus yaitu: (1) model duplikasi, (2) model modifikasi, (3) model substitusi, (4) model omisi. 

1. Model Duplikasi Yaitu memberlakukan kurikulum untuk anak berkebutuhan sama dengan kurikulum yang digunakan untuk anak normal, yaitu pada komponen tujuan, materi, proses dan evaluasi. Hal tersebut dilakukan apabila anak berkebutuhan khusus mampu menjalani kurikulum yang sama dengan anak normal lainnya. 

2. Model Modifikasi Modifikasi berarti cara pengembangan kurikulum dengan memodifikasi kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa-siswa reguler, dirubah untuk disesuaikan dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Dengan demikian siswa berkebutuhan khusus menjalani kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya  

3. Model Substitusi Yaitu mengganti sesuatu dalam kurikulum dengan sesuatu yang lain. Penggantian di lakukan karena hal tersebut tidak mungkin diberlakukan kepada anak berkebutuhan khusus, tetapi bisa diganti dengan dengan yang sepadan (memiliki nilai yang kurang lebih sama). Pendidikan Inklusif Penggantian bisa berupa tujuan pembelajaran, materi, proses dan evaluasi. 

4. Model Omisi Yaitu menghilangkan sesuatu(bagian atau keseluruhan) dari kurikulum umum, karena hal tersebut tidak mungkin diberikan kepada anak berkebutuhan khusus. Artinya sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tidak di sampaikan atau diberikan kepada anak berkebutuhan khusus., karena sifatnya terlalu sulit atau tidak sesuai dengan kondisi anak. Bedanya dengan substitusi adalah jika substitusi adanya materi pengganti yang sepadan, sedangkan model omisi tidak ada materi pengganti.

Tantangan dalam Pendidikan Inklusi

Salah satu tantangan utama dalam menerapkan pendidikan inklusi adalah keterbatasan tenaga pendidik yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam menangani kebutuhan khusus. Tidak semua guru memiliki pelatihan atau pemahaman tentang bagaimana mengakomodasi kebutuhan beragam anak di kelas yang sama. Ini menyebabkan kesenjangan dalam penyampaian materi dan pengelolaan kelas. Akibatnya, anak-anak dengan kebutuhan khusus sering kali tidak mendapatkan dukungan yang tepat, yang pada gilirannya menghambat kemajuan belajar mereka.

Selain itu, fasilitas dan sarana di banyak sekolah juga masih kurang memadai untuk mendukung pendidikan inklusi. Banyak sekolah yang belum memiliki aksesibilitas fisik yang baik, seperti jalur kursi roda, alat bantu belajar khusus, atau ruang terapi yang dibutuhkan anak-anak dengan kebutuhan tertentu. Situasi ini tidak hanya menghambat kenyamanan belajar, tetapi juga menurunkan motivasi anak-anak tersebut untuk bersekolah, bahkan dapat memengaruhi partisipasi aktif mereka di dalam kelas. Infrastruktur inklusif menjadi kebutuhan yang mendesak untuk mendorong anak-anak agar bisa belajar dan berkembang secara setara.

Menghadirkan Pendidikan Inklusi yang Berkualitas

Untuk mewujudkan pendidikan inklusi yang berkualitas, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memberikan pelatihan khusus kepada para guru dan staf pendidikan. Pelatihan ini bisa mencakup pemahaman tentang berbagai kebutuhan khusus, cara mengelola kelas yang beragam, hingga metode pembelajaran yang adaptif. Dengan pelatihan yang berkesinambungan, para guru akan lebih percaya diri dan mampu menyediakan pembelajaran yang dapat diakses oleh semua siswa. Pemerintah dan lembaga pendidikan juga diharapkan dapat mendukung upaya ini melalui penyediaan pelatihan berkala serta panduan yang mudah diakses.

Selanjutnya, sekolah-sekolah perlu menyediakan fasilitas dan sarana pendukung yang memadai. Misalnya, menambah jalur kursi roda, menyediakan materi belajar dalam format Braille, atau bahkan membangun ruang kelas yang dilengkapi alat bantu audio visual untuk siswa dengan keterbatasan pendengaran. Investasi ini penting untuk memberikan akses yang merata bagi anak-anak dengan berbagai kebutuhan. Dengan fasilitas yang lengkap, anak-anak dapat merasa diterima dan nyaman di sekolah, yang berpengaruh positif terhadap semangat belajar mereka.

Tidak kalah penting, peran orang tua dan masyarakat dalam mendukung pendidikan inklusi juga sangat dibutuhkan. Sosialisasi tentang pendidikan inklusi dapat dilakukan melalui seminar, workshop, atau program masyarakat untuk memperluas pemahaman tentang pentingnya menerima dan mendukung keberagaman di sekolah. Orang tua dan masyarakat yang teredukasi tentang pentingnya pendidikan inklusi akan lebih bersemangat untuk terlibat dan memberi dukungan yang diperlukan. Dengan keterlibatan berbagai pihak, anak-anak akan merasa diterima dan didukung, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan bahagia.

Penutup

Pendidikan inklusi membawa harapan besar bagi masa depan anak-anak kita. Dengan memberikan ruang yang sama bagi semua anak, pendidikan inklusi mampu menghadirkan senyum bahagia dan rasa percaya diri pada setiap anak. Anak-anak yang merasa diterima dan didukung akan tumbuh menjadi individu yang kuat, peduli, dan berempati. Mari kita dukung pendidikan inklusi, demi masa depan yang lebih baik dan penuh senyum bagi anak-anak kita. Terimakasih sudah membaca artikel yang saya buat, jangan lupa follow Sosial Media saya ya... Ciaooo

Instagram : @ryandaarhmn

Tiktok         : @Buttermoon

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun