Mohon tunggu...
Ryan Ariyanto
Ryan Ariyanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pegiat Pasar Rakyat, Suka Main Di Pasar Rakyat (Pasar Tradisional).

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Materi Pra 1 - Sekolah Pasar Rakyat

15 Desember 2013   01:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:55 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamis, 10 Oktober 2013. Sekonco Pasar Rakyat Dlingo-Sendang Wesi : Akmal, Kharis, Khilda, Rani, Ryan kembali ke Pasar Rakyat Dlingo dan Sendang Wesi  berpetualangan untuk berbagi dan belajar bersama di Pasar Dlingo dan Sendang Wesi. Hari ini merupakan pertemuan ke-dua dalam program mengajar dan berbagi di Sekolah Pasar Dlingo-Sendang Wesi, pertemuan hari ini yaitu untuk pembahasan materi PRA 1. Tim berangakat dari pustek sesuai jadwal jam 07.00 WIB : Akmal, Khilda, Rani, Ryan dan Bunda mbak Khilda yang istimewa juga ikut serta dalam rombongan dari Pustek mengunakan mobil. Sedangkan Kharis seperti biasa kembali menuju lokasi dengan kuda besinya. Tim sampai di lokasi Pasar Sendang Wesi jam 09.00 WIB, secara otomatis langsung menyebar Khilda menemui pak lurah pasar, Akmal dan mas Reza (penyedia jasa rental mobil) keliling pasar bertemu pedagang, bunda dan Rani menuju warung Soto memesan sarapa pagi, Ryan (saya) foto kopi trus muter-muter pasar samapai akhirnya berkumpul dengan Khilda, Akmal dan Reza di kantor pak lurah pasar membahas dan berdiskusi seputar Pasar Sendang Wesi. Selanjutnya sarapan soto dan mencari jajanan pasar untuk jamuan di kelas Sekolah Pasar Rakyat Dlingo-Sendang Wesi. Kemudian bertemu dengan Kharis dan menuju lokasi pertemuan kelas yaitu di Pasar Dlingo. Menuju Pasar Dlingo saya dan Akmal menggunakan kuda besi milik Kharis untuk berangkat terlebih dahulu supaya dapat menyiapkan kelas di sana. Sedang skonco yang lain masih menyelesaikan tugas di Pasar Sendang Wesi. Sesampainya di Pasar Dlingo yang hanya memerlukan waktu tempuh dari Pasar Sendang Wesi kurang lebih 10 Menit dengan kecepatan 50-60Km/Jam saya dan Akmal kemudian bertemu dengan Lurah Pasar Dlingo dan beberapa pedagang serta pengurus Pasar Dlingo yang sedang menyiapkan kelas. Selang beberapa menit setelah persiapan tempat untuk kelas selesai, skonco dari Sendang Wesi tiba di pasar Dlingo. Kemudian membaur dengan pedagang, saya dan Khilda tertarik utnuk membeli tempe daun khas Pasar Dlingo. Jam 10.00 kelas pun dimulai, Rani yang bertugas sebagai pembawa acara meminta ijin untuk memulai kelas, diawali dengan doa, kemudian memperkenalkan diri (ini kali pertama Rani turun di kelas Sekolah Pasar). Selanjutnya yaitu penyampaian materi PRA 1 yang diwakili saya dan Akmal. Kharis bertugas sebagai etnografi, Khilda dan Reza pendamping pedagang dan dokumentasi, Bunda tamu istimewa. PRA (Participatory Rural Appraisal) adalah pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan dari, dengan dan oleh masyarakat dalam hal ini pedagang pasar. PRA merupakan pendekatan yang memungkinkan masyarakat pasar saling, meningkatkan pengetahuan tentang kondisi dan kehidupan mereka, membuat rencana dan bertindak. Dalam kesempatan ini pertama kami memulai PRA dari materi Alur Sejarah Pasar Dlingo, setelah memberikan sedikit gambaran apa itu alur sejarah pasar, mengapa kita harus mengetahui sejarah pasar, pedagang pun mulai memberikan argumen tentang sejarah pasar mereka hanya saja menunjuk Pak Lurah yang bagi pedagang lebih mengetahui secara utuh untuk menjelaskan atau menceritakan sejarah Pasar Dlingo. ** Pasar Dlingo berdiri sejak tahun 1922, yang pada awalnya merupakan bagian dari kegiatan perdagangan para pedagang dari Pasar Imogiri yang berdagang ke wilayah Gunung Kidul. Desa Dlingo yang menjadi jalur perdagangan (wilayah penghubung antara Imogiri dengan Gunung Kidul) kemudian lambat laun para pedagang dari Imogiri tersebut juga singgah di Desa Dlingo. Kegiatan ini terus berlangsung yang pada akhirnya setiap hari Pahing dan Kliwon (hari pasaran Jawa) di Desa Dlingo juga menjadi tempat untuk berjualan oleh pedagang dari Pasar Imogiri. Dan hal ini masih berlanjut sampai saat ini, para pedagang dari Pasar Imogiri tetap melakukan kegiatan perdagangan ke dlingo setiap Pahing dan Kliwon. Tidak banyak yang berubah dalam sejarah sejak tahun 1922 sampai 2013 di Pasar Dlingo selain terjadinya pemindahan lokasi pasar dari Pasar Dlingo menuju Pasar Desa Terong, karena terjadi sengketa lahan Pasar Dlingo yang di klaim milik salah seorang warga, sehingga Pasar Dlingo akhirnya harus di pindah, dan saat ini masih menumpang di lahan milik warga desa di belakang Pasar Terong. Sementara lokasi pasar yang baru kemungkinan baru bisa ditempati pertengahan desember 2013 mendatang. Materi PRA selanjutnya adalah  tentang Sketsa Pasar, dalam materi ini kami mengalami kesulitan karena kondisi pedagang yang berstatus menumpang di lahan Pasar Terong. Selain itu kondisi pasar yang alakadarnya dan banguananya masih kayu dan lapak lesehan yang berpindah-pindah juga menyulitkan kami dan pedagang untuk membuat sketsa pasar, hasilnya seperti berikut : Materi PRA selanjutnya adalah Analisis Kecenderungan dan Perubahan serta materi Kalender Musim. Kedua materi ini saya sebagai pribadi merasa tidak maksimal, untuk mengali informasi yang lebih banyak. Karenanya dipertemuan-pertemuan selanjutnya materi ini akan kembali diulang untuk mengali informasi sehingga dapat membuat Matrik Kecenderungan dan Perubahan serta Kalender Musim di Pasar Dlingo. Dengan berbagai masukan dari teman-teman, kemungkinan nantinya pengalian informasi kepada tokoh dan pengurus pasar serta pedagang dengan pola pendekatan personal. Kemudian hasilnya baru disampaikan saat kelas. Semoga kedepan kita semua bisa menjadi yang lebih baik, sebagai pribadi saya mohon maaf jika terjadi kealfaan dan kehilafan dalam menjalani tugas saya di Tim SPR-Dlingo,Sendang Wesi. Kekurangan saya dalam penyampaian materi dan mengandeng kawan-kawan tim. Nuwus,,

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun