Bahagia adalah suatu hal yang terlihat sederhana tetapi memiliki makna yang sangat berarti bagi setiap manusia. Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari setiap manusia. Setiap manusia mempersepsikan kebahagian dengan cara yang berbeda-beda. Karena kebahagian selalu dipersepsikan sebagai ketercapaian atas segala sesuatu yang kita inginkan, keberhasilan, atau kesempurnaan.
Bahagia dimaknai dengan menyatunya berbagai perasaan yang positif, sehingga menumbuhkan perasaan yang tentram dan tenang. Sebagian manusia mendefinisikan kebahagiaan sebagai kepuasan, contohnya berupa pencarian kesenangan semata dengan menjalani hidup hanya untuk sesuatu yang memuaskan. Berikut ini adalah pandangan-pandangan klasik mengenai kebahagian :
- Menurut Aristoteles (dalam Happiness Revolution, 2017:5), apa yang menurut kamu itu bahagia belum tentu menurut orang lain bahagia. Dengan kata lain, kebahagiaan itu adalah sesuatu yang relatif. Salah satu contohnya adalah seseorang akan bahagia apabila memiliki jabatan yang tinggi, tetapi ada pula seseorang akan bahagia apabila menjadi orang yang biasa saja. Â
- Ada pendapat yang mengatakan bahwa sia-sia belaka jika seseorang berusaha untuk meraih kebahagiaan, karena pasti akan berujung dengan kekecewaan. Orang kerap mengira perjalanan menemukan kebahagiaan telah hampir sampai, namun ternyata jauh, Hendrick Ihsen (dalam Happiness Revolution, 2017:6).
- Leo Tolstoy (dalam Happiness Revolution, 2017:7) berpendapat bahwa penyebab seseorang merasa putus asa lantaran tak kunjung menemukan kebahagiaan adalah karena ia hanya mencari kebahagian untuk dirinya sendiri dan bukan untuk orang lain. Padahal, kebahagiaan yang diraih seseorang menjadi sumber ketidakbahagiaan bagi orang lain.
Selain pandangan klasik, berikut adalah pandangan kontemporer mengenai kebahagiaan :
- Menurut Cosmides dan Tobby, 2000 (dalam Happiness Revolution, 2017:8) kebahagiaan terjadi saat seseorang berjumpa dengan peristiwa-peristiwa positif yang tak terduga. Salah satu contohnya yaitu, berdasarkan pengalaman saya adalah pada saat saya ingin masuk kuliah, saya dibelikan laptop baru oleh ayah saya secara tiba-tiba. Perasaan yang saya rasakan setalah dibelikan barang tersebut adalah sangat bahagia.
- Menurut Leary, 1995 (dalam Happiness Revolution, 2017:8) kita bahagia saat diterima dan dipuji orang lain. Contohnya adalah pada saat itu saya di puji oleh seseorang secara tiba-tiba, yang saya rasakan setelah di puji oleh seseorang secara tiba-tiba adalah bahagia. Walaupun tidak seberapa, namun rasa bahagia itu tetap ada.
- Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Business School menemukan bahwa uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan orang lain akan membuat seseorang lebih bahagia ketimbang uang yang dibelanjakan untuk kepentingan pribadi. Dengan kata lain memberi kepada kepada sesama akan membuat kita merasa bahagia.
- Pada tahun 2014, dilakukan studi terhadap 320 murid yang berusia 8-12 tahun. Tujuan studi ini adalah untuk mengungkap hubungan antara spiritualitas dan kebahagiaan. Hasilnya adalah semakin tinggi tingkat spiritualitas seorang anak, maka akan semakin tinggi juga tingkat kebahagiaannya.
- Menurut Dalai Lama (dalam Happiness Revolution, 2017:9), kebahagiaan tak lebih dari sebuah kepuasan. Kebahagiaan tak selalu tentang pengalaman-pengalaman menyenangkan. Namun, pengalaman biasa yang netral bisa membawa kita kepada kepuasaan yang mendalam dan luar biasa.
- Menurut Mahatama Gandhi (dalam Happiness Revolution, 2017:9), Bapak bangsa India, "kebahagiaan terwujud bila ada kesalahan antara apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan, dan apa yang Anda lakukan".
Apa pun definisi  kebahagiaan, satu hal yang pasti adalah bahwa kebahagiaan itu berasal dari diri kita sendiri. Pola pikir kitalah yang menentukan hidup kita akan bahagia atau tidak, bukan faktor dari luar. Bahagianya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa pintar dirimu, seberapa cantik dirimu, seberapa tampan dirimu, atau seberapa kaya dirimu. Bahagia atau tidaknya dirimu tergantung bagaimana sikap yang ditentukan oleh dirimu sendiri. Konteks kesejahteraan secara subjektif atau kebahagiaan dalam hidup, pada dasarnya berpusat dari individu (Moningka, 2019).
Setiap manusia yang bahagia harus memenuhi lima aspek sumber kebahagiaan sejati, itu yang dikatakan oleh Seligman (dalam Bahagia Itu (tidak) Sederhana, 2017:34). Berikut adalah lima aspek sumber kebahagiaan sejati :
- Menjalin hubungan positif dengan orang lain. Menjalin hubungan positif dengan orang lain di sini tidak hanya pada teman, pasangan, sahabat, tetangga, atau keluarga. Jika kamu menjalin hubungan positif dengan orang lain, maka kamu akan merasakan kebahagiaan sejati. Sebab, tidak mungkin kita akan bahagia apabila tidak ada teman. Mungkin iya, tetapi kebahagiaan itu adalah kebahagiaan semu.
- Keterlibatan penuh. Jika kamu ingin bahagia, maka kamu harus terlibat penuh tidak hanya dalam pekerjaanmu, tetapi juga dalam aktivitas lain. Seperti hobi, atau aktivitas lain bersama keluarga.
- Menemukan makna hidup. Kamu akan bahagia apabila kamu sudah menemukan makna hidup. Aspek ketiga berkaitan dengan aspek kedua. Maksudnya adalah, kamu harus menemukan makna dari setiap aktivitas yang kamu lakukan.
- Optimis dan realistis. Kedua hal tersebut harus bejalan beriringan. Tidak boleh hanya salah satunya saja. Orang yang optimis tetapi tidak realistis maka orang tersebut tidak akan bahagia. Begitu pula sebaliknya. Sebab, optimis dalam mengejar apa pun tetapi tidak dibarengi dengan realitas maka akan berujung kekecewaan bukan kebahagiaan.
- Resiliesnsi. Untuk dapat hidup bahagia adalah menjadi pribadi yang resilien. Resilien sendiri adalah kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang terburuk sekalipun.
Orang yang bahagia akan menunjukkan beberapa karakteristik tertentu, yaitu :
- Menghargai diri sendiri, apa pun yang kamu miliki saat ini, hargailah. Maka menghargai apa yang kita miliki saat ini akan menjadikan kita sebagai orang yang bahagia.
- Optimis, orang yang optimis pasti akan berusaha lebih keras dalam menjalankan segala kesempatan yang ada untuk meraih kebahagiaan.
- Terbuka, maksudnya adalah tidak menutup diri dari lingkungan. Sebab, penelitian menunjukkan bahwa orang yang terbuka dan mudah bergaul dengan orang lain memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih besar.
- Mampu mengendalikan diri, maksudnya adalah mengendalikan semua hal yang dapat merusak kebahagiaan, seperti hawa nafsu, hasrat, keinginan, dan ketidakpuasan.
Bersyukur seringkali didefinisikan sebagai rasa bahagia dan berterimakasih; respon emsosional atas suatu berkat atau karunia (Moningka, 2019). Menjalani hidup dengan bahagia bisa dengan cara bersyukur. Bersyukur adalah hal yang baik, karena mereka yang merasa bersyukur jauh lebih bahagia daripada mereka yang tidak (Park, Peterson, & Seligman, 2004 dalam Psychology Applied to Modern Life: Adjustment in the 21st Century, 2015:509). Bagi orang-orang yang kurang bersyukur, tentu saja bersyukur sulit dilakukan. Berbeda dengan orang-orang yang sudah terbiasa bersyukur, maka bersyukur tentu saja mudah untuk dilakukan. Berikut adalah tips bagaimana kita dapat mudah untuk bersyukur :
- Lihatlah ke bawah untuk urusan dunia. Melihat kebawah di sini bukan berarti menunduk, atau melihat kaki. Namun, melihat orang-orang yang berada di bawah kamu secara status soial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Contohnya, ketika kamu dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi masih banyak orang yang tidak dapat melanjutkan pendidikan atau malah ada yang tidak pernah sama sekali mengenyam pendidikan.
- Selalu ingat apa yang kita miliki saat ini adalah nikmat dari Tuhan. Orang yang tidak pernah mengingat hal tersebut maka ia akan selalu haus pada harta.
- Ucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih seringkali dipandang sepvele oleh orang lain. Padahal apabila kamu mengucapkan terima kasih setiap kali ada orang yang berbuat baik kepadamu itu berarti kamu telah bersyukur.
- Jangan mengeluh. Mengeluh adalah salah satu karakter alamiah manusia. Pasti setiap manusia pernah mengeluh secara disengaja maupun tidak disengaja. Mengeluh merupakan tanda dari orang yang tidak mau bersyukur.
Menjalani hidup dengan bahagia akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih sehat. Hidup akan terhindar dari stres. Bahkan ada pepatah yang mengatakan apabila kita hidup dengan bahagia maka hidup kita akan lebih lama. Hidup bahagia adalah obat awet muda. Sejatinya, kesempuraan itu tidak membuat hidup kita bahagia, akan tetapi kebahagian akan membuat hidup kita sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H