Mohon tunggu...
Ryan Agusta Wiratma
Ryan Agusta Wiratma Mohon Tunggu... Akuntan - Fresh Graduate

Saya pernah memiliki hobi komputer sejak duduk di Sekolah Dasar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Serial Cerita "Individu Autis Kuliah di Perguruan Tinggi", Seri-3: Pengalaman Kuliah Jarak Jauh dari Rumah di Masa Pandemi Covid-19

22 April 2023   10:00 Diperbarui: 29 April 2023   10:36 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai kawan semua, saya mau melanjutkan cerita tentang "Individu Autis Kuliah di Perguruan Tinggi". Sebelum baca artikel ini saya ucapakn Selamat Idul Fitri 1444H, Mohon Maaf Lahir dan Batin. 

Sebelumnya, silahkan baca artikel Seri-1: Senangnya Diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan Seri-2: Suka Duka Pengalaman Kuliah. Jika sudah, silahkan simak kisah berikut ini.

Pada semester keenam, kami sempat mengikuti kegiatan tatap muka selama 2 pekan, sisanya dilaksanakan secara daring karena Pandemi Covid-19 sesuai dengan kebijakan Covid-19. 

Pada saat masih tatap muka, saya tetap mendukung Dewi Larasati, teman satu prodi mewakili Fakultas di acara Mawapres UNJ 2020. Namun, saat pulang acara Mawapres hari pertama, saya bertemu salah satu mahasiswa memakai kemeja kotak-kotak dominan merah mahasiswa yang berkata "b*****t" di depan Gedung G Kampus A UNJ lalu saya potret dan kirim ke dosen tekait, lalu mahasiswa tersebut berkata "a****g lu g****k" dan keesokan harinya mahasiswa dengan kemeja biru yang berbicara kasar pada hari kemarin ke saya untuk meminta maaf.

Saat yang sama, saya mengulang pembelajaran untuk anak berkesulitan belajar pra akademik yang diajarkan oleh Ibu Leliana Lianty karena mendapat nilai E dari Ibu Prof. Martini Jamaris. 

Saat mengulang mata kuliah tersebut, saya belum sempat mengambil mata kuliah pembelajaran seni dan keterampilan untuk anak berkebutuhan khusus yang diajarkan oleh Pak Budi Santoso, sisanya mengambil mata kuliah satu kelas sama kembaran saya, termasuk mata kuliah Braille dan Pendalaman Autis.

Pada saat acara musyawarah tahunan anggota KMK SF UNJ, saya bersama kembaran saya mengikutinya dengan baik karena musyawarah diadakan seperti tahun sebelumnya tapi lebih pendek termasuk pemilihan ketua KMK SF UNJ 2020 dari mahasiswa angkatan 2017.

Kami hanya mengandalkan wifi dari rumah untuk kegiatan belajar mengajar secara daring. Sejak April sampai seterusnya, terapi di Poli Psikatri RSCM dilanjutkan setiap bulan yang sebelumnya diadakan 2 minggu sekali, namun awalnya terapi diadakan 2 bulan sekali karena pandemi yang masih berlanjut pada saat bulan suci Ramadan kemudian baru sebulan sekali.

Saat ujian akhir semester, saya pernah mendapat nilai B- pada pembelajaran untuk anak berkesulitan belajar pra akademik. Begitu juga dengan mata kuliah lain sehingga mendapat nilai di atas B-, termasuk remidial pendalaman autis. Saya juga pernah mendapat nilai C, sedangkan kembaran saya mendapat nilai D pada mata kuliah Pendalaman Autis yang diajarkan oleh Ibu Suprihatin. 

Saat itu, Ibu Suprihatin memberi remidial berupa pengumpulan tugas yang belum selesai dan memperbaiki proposal penelitian. Setelah remedial, kami berdua masing-masing mendapat nilai B. Sedangkan, saat pemilihan tempat praktek kegiatan mengajar (PKM), kami perlu disarankan untuk berkonsultasi dengan Ibu Neni, sehingga mendapatkan SLB Pelita Hati, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Pada semester ketujuh, saya mulai membuat seminar usulan proposal. Pihak program studi sempat merencanakan PKM di semester ini, namun karena banyak yang belum setuju maka diundur ke semester berikutnya. Saya membuat proposal mengenai "Pengalaman Kuliah Daring dalam Perspektif Autistik".

Di samping itu, saya memulai bisnis dengan menjual produk milik keluarga berupa barang antik, bekas layak pakai dan elektronik jadul di Bukalapak dan Tokopedia. Penjelasan akan saya sampaikan di video ini


Saya membuat proposal untuk seminar terdiri dari 3 bab dan selesai dalam 6 bulan saja dan dikoreksi oleh dosen pembimbing serta dikonsultasikan oleh kedua orang tua saya dan kakak tingkat senior yaitu kak Falah. Namun, karena ada mata kuliah yang belum tuntas, maka seminar usulan proposal untuk kami berdua diundur ke awal semester Sembilan yaitu semester 115 dari usia universitas di UNJ.

Saat semester delapan, saya dan kembaran saya mengulang mata kuliah Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar yang diajarkan oleh Ibu Riana Bagaskorowati karena masing-masing mendapat nilai D dari Ibu Prof. Martini Jamaris. Saat mengulang mata kuliah, kami berdua juga mendapatkan tugas dari dosen membuat bagan terkait kesulitan belajar. 

Selain itu, membahas tentang masalah belajar. Dosen sempat memberikan cerita kepada teman-teman Pendidikan Khusus angkatan 2020 tentang kami berdua yang mengulang mata kuliah pendidikan anak berkesulitan belajar karena belum tuntas. Setelah mengulang mata kuliah tersebut, kami berdua masing-masing mendapat nilai B.

Saat yang sama, saya dan kembaran saya mengikuti praktek kegiatan mengajar di SLB Pelita Hati, Kramat Jati, Jakarta Timur. Ini merupakan mata kuliah wajib untuk persiapan lulus. 

Praktek tersebut dibimbing oleh Ibu Siti Nuraini dan pamong guru masing-masing setiap mahasiswa, bersama Nissaul Hasanah, Diah Tri Pangastuti, Yemima Nisi Mikhaela, dan Gracela Vero Pangaribuan.

Saya bersama Bu Wayan dengan siswa Kenzie mengajar intervensi dini, sedangkan kembaran saya bersama Bu Nia dengan siswa Tito mengajar sesuai kurikulum sekolah inklusi. Jumlah pertemuan sebanyak 16 pertemuan termasuk ujian praktek. Pada saat akhir praktek kegiatan mengajar, kami bersama teman magang dari UNJ masing-masing mendapat nilai A.


Saya sempat mengikuti acara Pemimpin Muda Jakarta 2021 yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta dan mendapat gelar peserta terbaik dari acara tersebut karena konsisten mengikuti acara sampai selesai serta tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

Pada semester terakhir, kami berdua mulai menyiapkan presentasi seminar usulan proposal. Di saat yang sama, saya mengambil mata kuliah pembelajaran seni dan keterampilan untuk anak berkebutuhan khusus yang diajarkan oleh Pak Lalan Erlani karena belum saya ambil.

Setelah mendaftar Seminar Usulan Proposal, kami berdua mendapat penguji dari Pak Indra Jaya (Ketua sidang skripsi kembaran saya), Pak Arif Taboer (ketua sidang skripsi saya), dan Ibu Nara, termasuk dosen pembimbing Ibu Neni dan Ibu Kehok Suprihatin. 

Saat seminar usulan proposal secara daring menggunakan Zoom Meeting, saya memiliki kendala laptop mati dan error karena Zoom suka keluar sendiri sehingga laptop yang kami miliki belum diperbarui speknya. Akhirnya bisa berkat bantuan kembaran saya yang menggunakan laptop lain. Selesai seminar, kami berdua dikasih pembinaan oleh dosen pembimbing melalui Zoom.

Selanjutnya, kami mulai mengerjakan proposal bab tambahan terdiri dari Bab 4 dan Bab 5. Kemudian, sempat beberapa kali dikoreksi oleh orang tua kami dan dosen pembimbing kami. Orang tua mentargetkan 2 bab tersebut selesai dalam 4 bulan. Makanya, kami berusaha keras.

Sekian dan terima kasih, bersambung di Seri-4: Perjuangan Membuat Skripsi Bab 1 sampai Bab 3 Dikoreksi 30 kali selama 4 Bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun