Mohon tunggu...
Ryan Kurnia Romadhon
Ryan Kurnia Romadhon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

PPG Pra-Jabatan UAD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengintip Pertemanan Generasi Alpha, Masalah Besar dalam Persahabatan Generasi Alpha yang Perlu Anda Ketahui!

10 Agustus 2024   10:19 Diperbarui: 10 Agustus 2024   11:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Alpha, yang lahir antara tahun 2010 hingga 2024, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Akibatnya, kehidupan mereka cenderung bergantung pada gadget dan teknologi, yang mengakibatkan kurangnya interaksi dengan orang lain di dunia nyata serta kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Padahal, hubungan antar individu merupakan aspek fundamental dalam kehidupan sosial manusia. Kita tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain; kita membutuhkan interaksi dan koneksi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan emosional, sosial, dan bahkan fisik. Persahabatan, hubungan keluarga, atau hubungan kerja semua memainkan peran krusial dalam membentuk pengalaman hidup seseorang.

Di kalangan remaja, kesalahpahaman antar teman sering terjadi. Pada fase ini, mereka sedang dalam proses menemukan identitas diri, membangun hubungan sosial, dan belajar tentang dinamika pergaulan. Perbedaan pandangan dan sensitivitas terhadap penilaian sosial serta tekanan dari kelompok sebaya dapat memperburuk situasi jika tidak ditangani dengan baik, sehingga remaja sering merasa kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang di sekitarnya.

Perbedaan sifat dan kebiasaan sering menjadi pemicu kesalahpahaman dalam hubungan. Misalnya, seseorang mungkin merasa tindakannya biasa dan lucu, sementara orang lain merasa tindakan tersebut kasar dan menyakitkan, yang bisa merusak hubungan. Contoh konkretnya adalah ketika salah satu siswa bernama Andi (nama samaran) merespon obrolan Bumi (nama samaran) dengan nada tinggi dan menyisipkan kata kasar di akhir kalimatnya. Bumi, yang tidak terbiasa dengan respon semacam itu, menganggap Andi marah dan kasar, sehingga ia tidak ingin berteman lagi dengan Andi. Perbedaan kebiasaan yang signifikan ini mempengaruhi komunikasi antar remaja.

Komunikasi yang tidak efektif sering menjadi penyebab masalah pertemanan di sekolah. Ketika seseorang tidak mampu mengekspresikan pikirannya secara akurat, mudah bagi penerima untuk salah tafsir. Nada bicara yang tidak sesuai atau kata-kata yang ambigu dapat memicu pandangan yang berbeda dari maksud sebenarnya. Remaja sering merasa kesulitan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka dengan cara yang tepat, sehingga penting bagi mereka untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik.

Sebagai penutup, perlu diingat bahwa perbedaan kompetensi, baik akademik maupun sosial, bukan hanya sekadar variabel yang memengaruhi interaksi, tetapi juga sumber potensial kesalahpahaman yang dapat timbul dari perbedaan dalam cara pandang, kemampuan, dan pemahaman terhadap suatu situasi atau informasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengedepankan empati dan keterbukaan dalam berkomunikasi, agar setiap perbedaan dapat dihadapi dengan bijaksana dan dijadikan kesempatan untuk saling belajar, bukan pemicu konflik. Dengan demikian, keragaman kompetensi tidak lagi menjadi penghalang, melainkan jembatan yang memperkaya hubungan sosial dan memajukan perkembangan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun