Mohon tunggu...
Ryan Andin
Ryan Andin Mohon Tunggu... lainnya -

---

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Cabe (Tanpa Imbuhan) yang Pedas

29 April 2015   17:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- : Pedas, Mas?

+ : MAK-SI-MAL, Bu. Tambahin 3-4 biji cabe rawit kalo ada.

- : Duhh..... (sambil ngomong nggak jelas entah apa).

3). "Bang, Chairil Anwar kan pernah bilang mau hidup seribu tahun lagi. Kalo saya, mau berlangganan 1000 tahun lagi, di sini, asalkan, nah ini yang penting, cabe rawitnya selalu disediain. Semacam servis gitu untuk pelanggan, biar awet berkunjung dan ngajak kawan-kawan yang lain. Sistemnya member get member, kan? Nah, loh?” .... Yang barusan ini adalah catatan rekaman di kepala pemilik warung burjo/indo mie rebus yang buka 24 jam atas celotehan seorang pelanggannya.

.

Konfirmasi:

1). Katanya, jika mau makan di rumah, mau selapar bagaimana pun kalau nggak ada cabe, maka tingkat kelaparannya akan menurun. Kalau lagi apes, stok cabe habis, minta tolong sama orang rumah untuk nanyain ke tetangga sebelah, stok cabenya ada atau tidak.

2). Katanya, pernah sempat kepikiran, kalo pergi ke mana-mana dan mungkin harus nginap, gimana kalo bawa stok cabe dari rumah. Semacam sedia payung sebelum hujan gitu. Tapi ide ini muncul pas zaman banyak razia teroris yang biasanya diliput media. Lah, jadi ribet kalo diliput ama oknum kru berita yang tahunya hanya mengejar sensasi, yang demi rating, demi iklan, dan jumlah klikan, fakta bisa dipelintir kiri-kanan, diberi gula biar tambah manis, atau diladain biar tambah pedas. Kalo isinya yang bagus-bagus sih, yah enggak apa-apa, tapi kalau yang buruk-buruk, malu kan jadinya. Mana harga diri saya?

"Harga diri," dan ini juga jawaban ke penjual nasi goreng keliling di atas yang komplain hal yang sama, "tak ada harga mati untuk sebuah harga diri, Bung!"

3). Katanya, gara-gara kepikiran yang nomor 2 di atas, sampai-sampai terbawa-bawa dalam tidur. Di mimpinya, katanya, hampir semua restoran cepat saji, selain sedari dulu sudah menyediakan saus tomat dan sambal kemasan, kini juga sudah menyediakan cabe kemasan. Atau bermimpi, ada seorang pegawai, yang sudah tahu akan dipecat padahal merasa sudah memberikan yang terbaik dalam kerjaannya, atau pas mau berangkat kerja tadi pagi ditelpon sama pacarnya tanpa ba-bi-bu, kita putus, lalu sakit hati kemudian menyelipkan 1, 2, 3, 4 biji cabe menurut deret hitung, atau kalo keselnya akut, menyelipkan 1, 2, 4, 8 biji cabe menurut deret kali, ke dalam yang pas misalnya, lapisan burger atau piza. Alamak, gigitan pertama, terdengar teriakan yang melempar para koruptor ke Bulan. Teriakan kedua, para bandar narkoba nyangkut ke Jupiter. Teriakan ketiga, nggak jadi, entar mereka balik lagi ke Bumi.

4). Katanya, mungkin alasan utama dibalik raihan medali emas itu adalah suatu kejadian saat kemping bersama kawan-kawannya dulu di bawah lereng Gunung Lawu. Dulu, dulu sebelum langit diciptakan, dulu sebelum Matahari ada di mana-mana. Semasa kemping, biasanya setiap orang dapat jatah tugas harian. Ada yang kebagian masak, cuci piring, cari kayu bakar, atau yang kebagian ngeles dari semua itu. Pagi itu, kawan-yang-tadi-kita-sebut-saya dapat jatah untuk membuat sarapan. Stok bahan yang ada: telur, Indomie, daging/ikan kalengan, etcetc. Ah, gampangnya lebih baik masak nasi goreng. Setelah matang, makanan lalu dijatah ke masing-masing piring. Mulailah prosesi makan pagi sambil umpan silang obrolan ngehek apa saja. Tumben, makan sudah 10 menitan belom pada habis, padahal biasanya secepat laju Shinkansen. Malah tak lama, satu demi satu meletakkan piringnya secara terburu-buru, lalu berlari turun ke kali/toilet umum yang berada di balik bukit kecil. Lewat 15-20 menitan, mereka kembali dengan wajah meringis. Masing-masing memegangi perutnya yang katanya mules gegara sarapan barusan. Katanya lagi, nasi gorengnya nasi goreng mercon, pedasnya tak kira-kira. Sementara bagi kawan-yang-tadi-kita-sebut-saya, yang merasa tak terjadi apa-apa dan tak terpengaruh apa-apa, tetap anteng dan ganteng melanjutkan makan sambil bersubisudubidamdam menghabiskan yang ada di piringnya. Setelah habis, ia menuju ke piring-piring lain yang tak lagi kepingin disentuh para tuannya, lalu disantap juga isinya dengan lahap semampu yang perutnya bisa tampung. Prosesi nikmatnya diakhiri dengan berbasbus-basbus satu batang. Setelah itu, ia berdiri lalu bergerak masuk menuju tenda sambil bilang ke kawan-kawannya, "Wiidih, joss banget pagi ini. Sudah kenyang, dan, oh, salju sudah mulai turun, saatnya berhibernasi!"

----------

Kredit foto: pixabay.com/habaneros

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun