Saya kadang senyum-senyum sendiri ketika membaca cerita teman-teman guru di WhatsApp grup sekolah kami. Perihal pengalamannya mengajar daring di tengah Pandemi Covid-19 ini. Kadang lucu, kocak, namun natural menurut saya.
Misalnya cerita salah seorang guru. Ada siswa hari itu minta izin untuk bantu orang tuanya yang lagi panen padi. Teman-temannya lantas bercanda minta bukti berupa foto. Anak itu kemudian lantas upload fotonya yang betul-betul di sawah, tapi dengan caption kocak ala anak-anak muda."keras kehidupan".
Dapat dibayangkan keheboan apa yang terjadi selanjutnya dengan komentar teman-temannya karena kita pun sendiri bisa senyum-senyum membayangkan kelucuan itu.
Begitulah gambaran kondisi riil pembelajaran daring dari rumah. Yang lagi jadi alternatif di tengah pandemi Covid-19 ini. Kami yang di daerah, Â umumnya pembelajaran daringnya menggunakan fasilitas WhatsApp grup saja. Menyesuaikan dengan kondisi setempat, dukungan fasilitas jaringan internet dan sosial ekonomi orang tua siswa.
Gurulah yang menyesuaikan metode mengajarnya yang dianggap cocok.
Kadang pemberian tugas saja yang kemudian masing-masing hasilnya diuplod kalau sudah selesai. Atau  kadang juga diskusi interaktif melalui chat atau pesan suara. Â
Interaksi Lebih Natural
Mungkin pembelajaran daring ini memang kurang efektif, terutama dari sisi ketercapaian daya serap materi pelajarannya.
Namun intinya proses pembelajaran masih tetap berjalan. Siswa juga tidak bosan di rumah saja tanpa kegiatan.
Sisi keunggulan lainnya juga tetap ada. Memang siswa dan guru tidak bersua secara langsung di dalam kelas. Namun interaksi melalui online ini, suasananya terasa lebih cair dan fleksibel. Â Baik antara siswa dengan guru, pun antar siswa dengan siswa.
Justeru muncul secara natural sisi manusiawinya. Siswa yang biasanya pendiam dan pemalu dalam kesehariannya, tiba-tiba juga ikut nimbrung bahkan kadang lebih aktif berkomentar.