Mohon tunggu...
Syamsuriadi Syam
Syamsuriadi Syam Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Berbagi melaui kata dan menulislah untuk bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Insyaf dari "Pikun Zaman Now"

8 Mei 2020   08:29 Diperbarui: 8 Mei 2020   12:52 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cukup lama baru posting kembali tulisan di akun ini.  
Dilihat last post-nya pada bulan Juni tahun 2015, ternyata hampir Lima tahun. Hampir sama dengan Satu Pelita waktu masih zaman Orba dulu.

Sibuk, tidak punya waktu, malas atau lupa sebagai penyebab kevakuman itu?
Semuanya cocok jadi alasan, namun bagi penggelut dunia tulis menulis. Sibuk dan tidak ada waktu, pantang jadi alasan.
Sebab bagi yang terbiasa menulis,  tidak butuh banyak waktu dan persiapan khusus.
Lagipula saat ini, kesibukan sebagai alasan ridak relevan lagi.
Hari ini susah lagi cari orang tidak sibuk, minimal sibuk utak-atik gadget.
Bahkan kalau sibuk dijadikan alasan, jadinya terkesan sebagai manusia modern yang tidak cerdas mengatur waktu.

Malas, juga tidak boleh jadi alasan. Naluri dan jiwa penulis itu tidak pernah melemah apalagi mati.
Kalau kelihatan vakum karya di suatu tempat. Boleh jadi ada penyalurannya di tempat lain. Selama ini memang tetap menulis. Tetap menulis layaknya opini, hanya saja postingnya di status Facebook.

Lupa?  Mungkin mendekati itu. Tapi saya lebih cenderung menyebutnya sebagai penyakit "pikun jaman now".  
Penyakit yang kerap menjangkiti manusia era milenial sekarang.
Efek semakin meningkatnya variabel pengecoh dan pengganggu konsenstrasi kehidupan manusia sehari-hari.
Sub efek semakin meluasnya rambahan kehidupan manusia bumi,  ke alam virtual.
Yang kadang hidupnya lebih banyak dihabiskan di dunia maya ketimbang dunia nyata.

Gejala penyakitnya seperti ini.
Mungkin suatu waktu pernah alami (atau jangan-jangan hanya saya memang yang mengalaminya).
Lagi terima SMS, chat WA atau panggilan dari teman. Namun saat itu belum sempat respon karena ada kesibukan lain.
Atau minimal balas dengan kalimat pakem "Sebentar saya bel ulang bos" atau "Sebentar saya japri mas bro".
Setelah itu larut kembali dengan aktivitas lain dan akhirnya lupa.
Lain waktu mungkin ingat kembali, tetapi momennya lagi yang tidak tepat.
Mungkin HP lowbatt, pulsa habis  atau waktunya sudah tidak tepat (tengah malam).

Tapi intinya tertunda lagi kan? Dan itulah yang nyaris tidak terasa. Sampai jadi seminggu, sebulan bahkan setahun.
Yang anehnya,  kadang kita merasa telah melakukan sesuatu. Bahkan yakin sekali telah melakukan sesuatu itu,  padahal belum. Pada kasus balas membalas itulah contohnya.

Pikun jaman now itulah yang  membuat seseorang mampu mengabaikan sesuatu dalam tempo yang lama. Dalam perasaan waktu yang sesingkat-singkatnya.

Lantas angin apa yang membuat insyaf untuk kembali ke jalan benar?
Sangat sederhana dan mungkin agak terlambat memang insyafnya.
Kebetulan beberapa waktu yang lalu, lagi ditegur dan dingatkan oleh sang pencipta dan pemilik kehidupan ini. Melalui penyakit yang mengharuskan lebih banyak istirahat.

Namanya lagi ada masalah dengan tubuh dan kesehatan. Tentunya ingin tau lebih jauh masalahnya, sekaligus solusinya.
Sekarang ini sudah mudah, tidak mesti ke dukun, tidak mesti setiap saat konsultasi ke dokter. Di dunia maya bertebaran konten yang terkait kesehatan dan pengobatannya.
Pun konten itu terpercaya karena memang dikelola yang berkompeten di bidangnya.

Jalan keinsyafannya di sini.
Bahwa begitu senang dan bahagianya seseorang kalau menemukan yang dicarinya di Internet. Apalagi betul-betul sangat pas pula sesuai yang diharapkan.

Maka begitu bermanfaatnya konten atau apa saja yang di posting di dunia maya itu, ketika dapat berguna bagi orang lain.

Dan bergitu berjasa dan mulianya orang-orang yang menempatkannya dan membaginya di internet itu. Yang mau menulis itu.

Nah, mengapa bukan kita salah satunya sebagai pembagi yang bermanfaat itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun