Padahal, dampak buruk dari ketiadaan trotoar di Jl. Rawamangun Muka Timur sudah berkali-kali terjadi. Pidana penjambretan terjadi hampir setiap bulan, karena pejalan kaki terpaksa berjalan di pinggir jalan raya yang sangat dekat dengan pengendara kendaraan bermotor termasuk penjambret yang menggunakan sepeda motor. Tidak sedikit pula kecelakaan terjadi baik itu kepada kendaraan bermotor yang tidak bisa membedakan mana jalan dan mana saluran air karena tidak dibatasi dengan trotoar, maupun kepada pejalan kaki yang terserempet kendaraan yang berlalu lalang dengan cepat.
Pada akhirnya, Jl. Rawamangun Muka Timur yang mungkin harus sadar diri. Ia bukanlah jalan protokol yang banyak dilihat orang. Ia juga tidak menjadi spot instagrammable yang dapat dibanggakan oleh Pemprov DKI. Tidak bisa dijadikan bahan kampanye atau dipamerkan di media sosial. Ia hanyalah seruas jalan yang menghubungkan wilayah-wilayah yang penting dan melayani banyak masyarakat pejalan kaki maupun kendaraan bermotor. Jadi, untuk perbaikannya bolehlah mengalah dulu pada beautifikasi halte transjakarta yang sebenarnya sudah berfungsi baik, atau stadion yang belum tentu dipakai sebulan sekali untuk kepentingan masyarakat banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H