Mohon tunggu...
rwp siska
rwp siska Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat perspektif yang terselip

Mari Mengencani Perspektif Saya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bongkar Strategi Pengakuan Presiden tentang Pelanggaran HAM Berat

17 Januari 2023   22:57 Diperbarui: 18 Januari 2023   10:30 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SERANG NEWS

(Kredibilitas)

Dari aspek psikologis, diksi yang disajikan secara berulang-ulang dapat menumbuhkan proses conditioning pada proses komunikasi, yaitu dengan memunculkan rasa terbiasa sehingga individu akan lebih familiar terhadap kondisi tersebut ((https://komunikasi.ub.ac.id).

Strategi komunikasi persuasif yang digunakan oleh presiden Jokowi dalam pernyataannya, tidak selalu bermakna negatif. Melainkan komunikasi ini sebagai pilihan yang baik dalam menjangkau audiens, terutama korban pelanggaran HAM secara khusus dan masyarakat Indonesia secara umum.

Empati presiden juga ditunjukkan dengan diksi yang tepat, pengulangan diksi juga dilakukan dengan porsi yang pas, serta disampaikan secara lugas dan jelas, tidak bertele-tele. 

Sayangnya, meski memasukkan kata penyesalan, diksi yang diucapkan presiden dinilai belum memenuhi harapan para korban pelanggaran HAM Berat yang membutuhkan kata "maaf" secara eksplisit Padahal jika ditelusuri, kata penyesalan bisa juga diterjemahkan sebagai bentuk permintaan maaf.

Salah satu pemaknaan lebih jauh dari pernyataan presiden adalah Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

"Saya menghargai pengakuan dan penyesalan presiden. Meski tidak disertai permohonan maaf, hal ini menurut saya sudah sangat maju. Sesungguhnya dengan penyesalan itu, implisit di dalamnya sudah terkandung permohonan maaf". 

Secara umum, sikap empati presiden terhadap korban Pelanggaran HAM Berat di masa lalu sudah cukup representatif pada pernyataannya. Sayangnya, penggunaan diksi yang ada masih menciptakan ruang pemaknaan yang berbeda, baik tone positif atau negatif, tergantung perspektif komunikan. Dalam aspek pesan verbal, penggunaan diksi memengaruhi asumsi komunikan sehingga pemilihan kata harus dipertimbangkan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun